Belajar dari Aksi Koboi Jalanan Sopir Lalamove, Utamakan Adab
Baru-baru ini viral sebuah video di sosial media. Di dalamnya menggambarkan aksi koboi jalanan dari seorang sopir Daihatsu Grand Max dengan stiker Lalamove.
Menyitat unggahan akun Instagram @dashcam_owners_indonesia, dapat terlihat dua orang pengemudi kendaraan roda empat sedang adu mulut.
Namun sopir Lalamove mengeluarkan senjata api serta menodongkannya kepada sang lawan atau pengemudi lain.
Peristiwa tersebut ternyata terjadi di Tol Cipularang KM 95 arah Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (07/06) pukul 15.30 WIB.

“Sopir Grand Max (berpelat nomor) B 2850 UFZ tidak terima disalip dan melakukan intimidasi mengejar sambil menodongkan pistol ke arah korban,” tulis akun Instagram tersebut.
Setelah ditodong senjata api, pemilik dashcam langsung lari ke mobilnya. Kemudian menghindar dari aksi koboi jalanan sang sopir Lalamove.
Melihat kejadian di atas, sejumlah pihak pun angkat bicara. Seperti datang dari Jusri Pulubuhu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Menurut dia aksi koboi jalanan yang dilakukan oleh sopir Lalamove sejatinya bisa diantisipasi oleh kedua belah pihak.
“Karena kita berada di ruang publik yang namanya jalan. Kita juga harus punya adab serta empati,” ungkap Jusri kepada KatadataOTO, Senin (09/06).
Jusri menjelaskan bahwa kalau pengendara tidak memiliki adab maupun etika, maka berpotensi terjadi konflik.
Misal tonjok-tonjokan, aksi saling pepet di jalan raya atau bahkan sampai penodongan pistol seperti yang dilakukan oleh sopir Lalamove.
Selain itu Jusri juga menyarankan agar para pengemudi tidak merasa paling benar. Kemudian sampai menyalahkan orang lain.
“Ketika terganggu, misal kita pikir wah dia salah lalu kesal. Maka kemampuan kognitif pengendara bakal terganggu,” lanjut dia.
Lalu Jusri juga mengungkapkan kalau terlibat konflik dengan pengendara lain, ada baiknya agar tidak diperpanjang.

“Biarin aja biarin, jangan memberikan sanksi atau apapun. Sebab begitu Anda punya pikiran dia salah, maka akan mempengaruhi kemampuan emosi,” tegas Jusri.
Ia juga menuturkan kalau sampai terpancing emosi atau terprovokasi, akan berujung pada hal-hal kurang baik.
“Saat emosi saya sebutin berkali-kali, kemampuan kognitif, logika maupun referensi yang ada di kepala Anda sebagai orang berpengetahuan serta terdidik akan terganggu,” Jusri menutup perkataannya.