Sering Dianggap Sama, Beda Semen dan Beton yang Jarang Diketahui Orang

Semen hanyalah salah satu bahan dalam campuran, sementara beton adalah produk akhir yang menopang bangunan dan jembatan kita. Ketika semen dicampur dengan air, hasilnya adalah bahan pengikat.
Untuk membentuk material yang kuat dan tahan lama yang kita kenal sebagai beton, agregat seperti pasir, batu pecah, dan kerikil merupakan tambahan yang diperlukan dalam campuran.
Namun, perbedaannya bukan hanya sebatas semantik. Penting untuk memahami bagaimana semen terbentuk dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.
Produksi semen merupakan salah satu proses industri dengan intensitas karbon tertinggi di dunia.
Mengutip situs BGR, Rabu, 27 Agustus 2025, semen umumnya terbuat dari campuran batu kapur (kalsium karbonat) dan tanah liat. Tanah liat menyediakan mineral-mineral penting seperti kalsium, silikon, besi, dan aluminium.
Ketika dipanaskan pada suhu tinggi di dalam tanur putar, mineral-mineral tersebut membentuk trikalsium silikat dan dikalsium silikat. Senyawa-senyawa inilah yang menghasilkan daya rekat yang kuat setelah air ditambahkan.
Di akhir proses ini, material hasil akhir, yang dikenal sebagai klinker, digiling menjadi bubuk halus untuk membentuk semen.
Di sisi lain, beton adalah material komposit. Semen dicampur dengan air untuk membentuk pasta semen. Ketika agregat ditambahkan, pasta tersebut mengikatnya dan ketika mengeras membentuk massa yang padat.
Kombinasi ini memberikan beton kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk membangun gedung pencakar langit, jalan, dan struktur lainnya.
Selain itu, beton tidak memiliki resep tunggal untuk setiap aplikasi. Resepnya dapat disesuaikan menggunakan rasio semen, air, atau agregat yang berbeda untuk berfokus pada sifat yang berbeda.
bahan baru juga sedang diteliti dan ditambahkan untuk menciptakan jenis beton baru, seperti beton yang dapat memperbaiki diri sendiri dan beton tahan retak.
Seiring pertumbuhan kota dan infrastruktur, permintaan beton pun meningkat, sehingga menjadi masalah dalam upaya melawan perubahan iklim.
Namun, beton sangat penting, sehingga para peneliti dan insinyur berfokus pada cara-cara untuk membuat semen dan beton lebih berkelanjutan.
Beberapa strategi termasuk mengganti sebagian semen dengan material tambahan seperti terak, yang menghasilkan lebih sedikit karbondioksida (CO2).
Strategi lainnya sedang mengeksplorasi teknologi penangkapan karbon dan bahkan pencetakan beton 3D. Transisi ke alternatif yang lebih ramah lingkungan memang rumit, tetapi inovasi perlahan-lahan terjadi.