Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!

Psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ-K, menegaskan bahwa depresi bukanlah aib yang perlu disembunyikan.
Ia menekankan pentingnya edukasi agar masyarakat memahami bahwa depresi adalah kondisi umum dan wajar, bukan hal yang tabu.
"Kita harus memberikan edukasi kepada dia bahwa orang depresi itu bukan aib bukan hal yang tabu. Depresi itu ada di mana-mana, itu wajar," kata Adhi dikutip Antara, Kamis (10/7).
Dr. Adhi juga menyoroti peran krusial orang terdekat dalam memberikan dukungan kepada penderita depresi. Dukungan ini mencakup mengingatkan untuk tidak melukai diri sendiri dan mendorong mereka untuk segera mencari bantuan medis profesional.
Ia menambahkan bahwa masalah biaya pengobatan tidak perlu dikhawatirkan, sebab kini perawatan gangguan jiwa, termasuk obat-obatan antidepresan dan anticemas, sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Depresi harus dianggap sebagai penyakit kronis yang memerlukan penanganan tepat. Dr. Adhi menjelaskan bahwa depresi dapat didiagnosis jika seseorang mengalami tiga gejala utama atau trias depresi selama lebih dari dua minggu.
Gejala itu yakni kehilangan minat dan kesenangan, kelelahan fisik dan mental yang berlebihan, serta kesedihan mendalam, sering menangis, atau perasaan hampa.
Gejala tambahan yang mungkin muncul meliputi gangguan tidur, gangguan seksual, dan gangguan makan (nafsu makan berlebihan atau menurun drastis).
"Kalau itu berlangsung lebih dari 2 minggu insyaAllah depresi, rumusnya itu aja trias depresi lebih dari 2 minggu," imbuh dia.
Apabila depresi tidak ditangani dengan baik, dr. Adhi memperingatkan bahwa hal tersebut dapat berujung pada depresi resisten pengobatan (Treatment Resistant Depression/TRD).
Kondisi ini jauh lebih serius, di mana masa pemulihan dapat memakan waktu tiga kali lebih lama, risiko kekambuhan lebih tinggi.
"Hingga risiko bunuh dirinya 7 kali lipat lebih banyak dibanding depresi biasa," ungkap dokter yang juga dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.