Astranauts 2025 Jadi Etalase Talenta Digital Nasional, Ini Daftar Pemenangnya

Generasi muda Indonesia tak hanya jadi pengguna teknologi, tetapi juga tampil sebagai pencipta solusi digital yang relevan dan berdampak.
Lewat kompetisi inovasi Astranauts 2025 yang digagas Astra Digital, ide-ide segar dari mahasiswa dan perusahaan rintisan (startup) Tanah Air ditampilkan, dikurasi, dan diberi ruang untuk berkembang.
Ajang tersebut ditutup dengan sesi awarding di Menara Astra, Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2025), sekaligus menandai pencapaian penting dalam pencarian talenta digital nasional.
Mulai dari sistem pesawat nirawak berbasis kecerdasan buatan (AI) hingga internet of things (IoT) pengendali lingkungan, para pemenang menunjukkan bahwa Indonesia tidak kekurangan inovator masa depan.
Wakil Presiden Direktur Astra Rudy Chen mengatakan, Astranauts 2025 merupakan kompetisi inovasi digital yang terbuka bagi startup dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Kali ini, program tahunan tersebut mencatat lonjakan partisipasi. Lebih dari 2.100 peserta turut ambil bagian, meningkat tajam dibandingkan 2024 yang hanya melibatkan 990 peserta.
“Astranauts merupakan bagian dari upaya kami dalam mengakselerasi transformasi digital nasional,” ujar Rudy kepada Kompas.com, Rabu.
Rudy melanjutkan, ajang tersebut merupakan bentuk nyata komitmen Astra untuk mendorong generasi muda agar berinovasi dan memperkuat daya saing bangsa di ranah digital.
Menurut Rudy, peningkatan jumlah peserta menunjukkan ekosistem inovasi yang semakin matang.
“Tak hanya dari sisi kuantitas, kualitas ide juga meningkat dengan solusi yang lebih relevan terhadap tantangan nyata di lapangan,” kata Rudy.
Wakil Presiden Direktur Astra Rudy Chen menyampaikan sambutan pada awarding Astranauts 2025. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendukung transformasi digital nasional.
Inovasi unggulan
Kompetisi inovasi Astranauts 2025 terbagi dalam dua jalur, yakni Startup Track dan Student Track.
Setiap tim peserta mendapat bimbingan dari mentor industri dan kesempatan mempresentasikan solusi mereka di hadapan dewan juri.
Juara pertama kategori Startup Track diraih oleh BETA, pengembang pesawat nirawak untuk kebutuhan industri. Selain menjual unit, BETA juga menawarkan sistem sewa bulanan dan teknologi AI untuk menganalisis kondisi aset industri secara otomatis
“Kami bahkan telah mengadopsi teknologi computer vision untuk mendeteksi kerusakan dan merekomendasikan perawatan secara prediktif,” ujar Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder BETA, Indra.
Ia mengatakan, produk lokal seperti BETA berperan penting untuk menjawab keterbatasan produk impor, khususnya dalam aspek layanan purnajual dan fleksibilitas pemakaian.
Adapun juara kedua ditempati Molca yang mengembangkan sistem digital twin dan pelatihan berbasis realitas virtual (VR) bagi sektor industri.
Kelompok asal Surabaya itu menawarkan solusi yang memungkinkan pelatihan tenaga kerja berbasis simulasi nyata, dengan data real-time dari aset fisik di lapangan.
“Kami ingin menghadirkan teknologi yang tak hanya canggih, tapi juga aplikatif dan fleksibel,” kata CEO Molca, Ali Fikri.
Saat ini, Molca telah fokus di sektor otomotif dan menjajaki ekspansi ke sektor lain, seperti pertanian dan manufaktur.
Juara ketiga diraih oleh Tax Point, startup yang menghadirkan platform layanan perpajakan digital untuk memudahkan pelaku usaha dalam proses pelaporan dan konsultasi pajak.
Sementara di kategori Student Track, tim Ev Os Dor dari komunitas “Ivos Electric Vehicle Club” berhasil menyabet juara pertama lewat sistem pengendalian rumput liar otomatis berbasis IoT dan mikroba ramah lingkungan.
Teknologi tersebut diklaim ideal diimplementasikan pada area pinggir jalan tol guna mengontrol pertumbuhan rumput.
Para pemenang kategori Student Track menerima penghargaan Astranauts 2025 di Menara Astra, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Tim Ev Os Dor berhasil meraih juara pertama dengan inovasi sistem pengendalian rumput liar berbasis IoT dan mikroba ramah lingkungan.
Technical Manager Ev Os Dor Ibnu Sofyan mengatakan, inovasi tersebut bekerja dengan mendeteksi parameter tanah, seperti tingkat keasaman (pH) dan kelembapan, lalu menyemprotkan mikroba pengendali hanya saat dibutuhkan.
Ia berharap, solusi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut bersama Astra atau mitra industri lain.
“Kami menyesuaikan ide berdasarkan isu aktual saat tema lomba diumumkan,” jelas Ibnu.
Adapun juara kedua diraih oleh Shumon dan posisi ketiga diraih oleh Athena.
Titik awal kolaborasi
Lebih dari sekadar pengumuman pemenang, Astranauts 2025 juga mencerminkan dinamika ekosistem digital Indonesia di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
Rudy melanjutkan, meski pendanaan startup di Tanah Air menunjukkan tren penurunan, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi.
“Seluruh startup peserta Astranauts 2025 sudah bicara soal keberlanjutan dan relevansi. Ini menunjukkan kematangan ide dan kesiapan untuk diimplementasikan,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa ekonomi digital Indonesia tumbuh 13 persen dibanding tahun sebelumnya, didorong oleh lonjakan aktivitas di sektor e-commerce.
Dalam konteks itu, program seperti Astranauts menjadi ruang penting untuk mempertemukan kebutuhan pasar dan solusi yang dikembangkan oleh anak bangsa.
Rudy dalam sambutan turut mengapresiasi seluruh peserta, mentor, dan juri yang telah berkontribusi sepanjang proses.
Menurutnya, awarding hanyalah titik awal untuk kolaborasi lanjutan.
“Kami terbuka terhadap pengembangan ide-ide ini. Kolaborasi lintas sektor, baik swasta, pemerintah, maupun masyarakat, adalah kunci agar inovasi benar-benar memberikan dampak luas,” ujarnya.
Untuk informasi selengkapnya mengenai Astranauts 2025, klik tautan ini.