Denting Mesin dan Insting: Setiawan Santoso Bersinar di GTWCA Fuji 2025
Kiprah salah satu pembalap Indonesia yang berkarir di ajang GT World Challenge Asia (GTWCA) Kategoei GT3, Setiawan Santoso, berhasil memberikan pencapaian baru atas performanya di Sirkuit Fuji International Speedway, Jepang.
Meski menurut pengakuan arek Suroboyo sirkuit tersebut sangat menantang, namun pada race pertama ia berhasil berdiri tegak di podium pertama. Pembalap yang bernaung di bawah Earl Bamber Motorsport mengatakan banyak hal baru yang ia petik berkat keberhasilannya tersebut.
“Sirkuit Fuji adalah track yang saya rasa sulit untuk mendapat lap time terbaik. Ditambah baru pertama kali menyetir AMG di sini, jadi kemarin banyak belajar bagaimana cara menyetirnya supaya bisa mendapat momentum yg baik,” ungkap Setiawan.

Selain dari karakter serta adaptasi terhadap mobil yang jadi handicap, performa pengusaha asal Surabaya, Jawa Timur, pada GT World Challenge Asia ini juga ikut dipengaruhi lantaran adanya perunahan Balance of Performance (BoP) pada seri Fuji. Menurutnya, dengan regulasi baru tersebut, membuat dirinya harus berjuang lebih ekstra.
Meski demikian, ia juga merasa sangat terbantu oleh kapabilitas dari rekan satu timnya, Andrew Bentley. Pada seri tersebut, Andrew, mampu menjaga ritme yang positif hingga balapan usai.
Berlanjut di race kedua, ujian yang dihadapi kembali muncul lantaran Andrew sempat kehilangan posisi pada awal balapan. Kemudian, ditambah adanya insiden di tikungan terakhir, ikut menjadi penyebab melorotmya posisi Setiawan.

“Tetapi menjelang lap akhir terjadi kecelakaan di tikungan 1 di depan saya sehingga saya mesti menghindar keluar dari track yang menyebabkan ban saya terkena kotoran di luar track. Setelah itu mobil kehilangan grip dan saya kehilangan posisi karena tertinggal dari mobil yang posisi 1 dan tersalip oleh mobil posisi 3,” jelasnya.
Meski mengalami pasang surut pada seri GT World Challenge Asia Fuji, tetapi Setiawan Santoso berhasil memetik pelajaran terkait mengantisipasi pergerakan mobil agar performanya tetap optimal sepanjang balapan.
“Sisi baiknya, meski mengalami posisi yang turun dari race pertama ke race kedua, saya bisa mendapatkan pelajaran baru lagi. Secara karakter, AMG pada saat di lurusan speednya tertinggal 5 kpj di banding Ferrari, dan itu berat buat mengejar lap timenya. Begitu saya sudah bisa mulai mengimbangi, namun kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi,” pungkas Setiawan. (*)