The Wolf Espresso Perpanjang Umur Ampas Kopi dalam Gelas Keramik

sepintas, gelas keramik itu terlihat biasa. Bentuknya bundar, berdiameter sekitar 9 sentimeter dengan warna earthtone. Jika diraba pada bagian luarnya, tekstur sedimen nan kasar amat terasa. Sementara itu, bagian dalamnya dilengkapi polesan yang halus, membuat porselennya mengilat, licin,dan halus. Sementara itu, bagian gagangnya dibuat berbentuk srigala khas The Wolf Espresso.
Inilah wujud konsep keberlanjutan yang diusung The Wolf Espresso dengan mengolah sampah organik kopi mereka menjadi barang bermutu dan bernilai guna. Salah satunya ialah gelas porselen. Empat gelas berbahan ampas kopi tersebut dipamerkan kala soft opening gerai terbaru The Wolf Espresso di Bintaro, Jumat (8/8). Gelas-gelas keramik tersebut merupakan proyek pembuatan barang daur ulang dari sampah bubuk kopi yang dihasilkan toko The Wolf Espresso Jakarta.
“Ini berwal dari proyek percontohan daur ulang sampah. Kali ini, kami ingin menampilkan hasil kreatif yang berbeda dari kebanyakan pelaku coffe shop,” kata pemilik The Wolf Espresso Andi Fakhri
Andi mengatakan mulanya hanya ingin menggunakan ampas kopi untuk bahan cat gelas keramik. Namun, setelah melewati proses brainstroming, hal tersebut terasa terlalu konvensional. Sampai akhirnya tercetus pembuatan gelas keramik dari bahan sampah ampas kopi.
"Jadi awalnya cuma mikirnya 'oh ini hanya untuk cat luarnya'. Namun, dari sisi seniman keramiknya sendiri yang malah justru yang mengusulkan, kenapa cuma cat kopi. Sekalian saja ampas kopi dari program ini kita pakai untuk bikin gelas," kata Andi mengenang awal proyek percontohan gelas keramik daur ulang ini.
Proyek percontohan pembuatan gelas keramik daur ulang ampas kopi yang menggaet Pot N Pop kemudian dimulai pada Oktober 2024. Dalam pelaksanaannya, proses pembuatan gelas keramik daur ulang ampas kopi ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Prosesnya menghabiskan waktu yang panjang. Mulai dari mengumpulkan bahan tambahan hingga hal teknis terkait dengan pembuatan.
Proses dimulai dengan penyiapan sampah ampas kopi dari gerai The Wolf Espresso. Sebanyak 30 kilogram ampas dari biji kopi yang dihasilkan dalam proses olahan Cinnamont Processed dikumpulkan. Jumlah itu didapat setelah pengumpulan selama dua bulan.
Setelah terkumpul 30 kilograman, proses berlanjut dengan pengeringan sampah ampas kopi sampai tingkat kelembapan nihil. Tujuannya, kata Andi, mempermudah kerja seniman keramik mengolah bahan yang akan dicampur ampas kopi itu. “Jika basah, seniman masih harus mengolah lagi, diproses lagi, dikeringkan lagi dan sebagainya. Jadi seperti itu prosesnya," kata dia.
Setelah ampas kopinya kering, selanjutnya masuk ke proses pembuatan gelas. Andi mengatakan seniman menghabiskan waktu selama dua bulan untuk mengolah 30 kg ampa kopi menjadi 40 gelas keramik. “Jadi cukup lama. Jadi kalau kami inginnya sih prosesnya cepat ya," kata Andi.
Untuk saat ini tersedia dua jenis gelas yang dibuat, mulai dari gelas kecil dan gelas yang besar.
Semangat Pemberdayaan dalam Gelas Daur Ulang
Tak sekadar mengolah ampas kopi menjadi gelas-gelas keramik, The Wolf Espresso juga membawa semangat pemberdayaan ekonomi buruh petani kopi. Andi menjelaskan pembuatan gelas keramik daur ulang ini hanya menggunakan ampas dari biji-biji kopi yang didapatkan dari panen sela yang diolah dengan teknik Cinnamont Processed.
DCinnamont Processed adalah teknik pengolahan biji kopi direndam (infused) dengan air tebu dan bubuk kayu manis untuk mendapatkan hint rasa khas 'rahasia dapur petani'. Sementara itu, hasil panen sela adalah waktu panen biji kopi di saat hasil produksi biji kopi menurun.
Dengan menggunakan jasa petani selama panen sela, The Wolf Espresso melakukan pemberdayaan ekonomi lewat penyediaan pekerjaan harian di processing station lokal. Di tempat itulah, para buruh petani kopi akan berkumpul untuk mengolah biji kopi dengan Cinnamont Processed.
"Nah, Kang Irwan akan mencari buruh-buruh tani yang membutuhkan pekerjaan untuk mengelola itu," kata dia.
Selama Cinnamont Processed ini berlangsung, yang diberdayakan bukan hanya buruh petani kopi, melainkan juga petani tebu hingga penyedia bubuk kayu manis. Pada akhirnya, setiap dari mereka ikut menikmati manisnya program daur ulang ampas kopi ini.(tka)