Cucu Legenda Bulutangkis Verawaty Fadjrin, Bersinar di Kejurnas Akuatik 2025

Atlet muda berusia 12 tahun asal DKI Jakarta ini mencatat prestasi gemilang di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Akuatik 2025 dengan raihan total 8 medali dari dua cabang berbeda: renang dan renang artistik.
Menariknya, Chelsea bukan sembarang atlet muda. Ia merupakan cucu dari almarhumah Verawaty Fadjrin, legenda bulutangkis Indonesia yang pernah membawa harum nama bangsa di kancah dunia pada era 1980-an.
Di ajang Kejurnas Akuatik 2025 yang digelar pada 2–4 Juni di Jakarta, Chelsea berlaga dalam dua cabang sekaligus: renang konvensional dan renang artistik (dulu dikenal sebagai renang indah). Dalam cabang renang, ia sukses mengantongi 3 medali emas, 3 perak, dan 2 perunggu — pencapaian luar biasa untuk atlet seusianya.
Namun, pencapaiannya tidak berhenti di situ. Di cabang renang artistik kategori KU-B Solo Free Routine, Chelsea tampil memukau para juri dan penonton. Ia mencatatkan skor total 58.0000 poin, dengan nilai rata-rata tinggi dalam eksekusi, artistik impression, dan tingkat kesulitan gerakan. Penilaian dari juri menyebutkan nilai artistik mencapai 5.8333 dan eksekusi mencapai 5.7333 — angka yang sangat kompetitif di kelasnya.
“Saya puas banget dengan hasilnya, alhamdulillah hasilnya bagus, ya,” ujar Chelsea saat diwawancarai seusai lomba. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tuanya, yang selalu mendampingi dan mendukung dalam setiap sesi latihan hingga pertandingan. “Papa selalu nemenin aku pas lomba dan latihan, mama sering banget nganterin pagi, sore, malam,” ungkapnya haru.
Latihan Ekstra, Impian Besar
Chelsea mengakui bahwa menekuni dua cabang olahraga air sekaligus bukan perkara mudah. Ia sudah mulai berlatih renang sejak usia 6 tahun, dan memulai renang artistik di usia 7 tahun. Kini, di usia 12, ia harus membagi waktu latihan untuk dua disiplin yang sangat berbeda.
“Kalau menurut aku, lebih sulit renang artistik. Butuh endurance banget, apalagi pas tampil gak pakai kacamata, cuma penutup hidung aja,” jelasnya. “Latihannya juga lebih lama. Kalau renang biasa itu 2 jam, renang artistik bisa sampai 4 jam.”
Chelsea menambahkan bahwa jadwal latihannya harus diatur sangat ketat dan terkoordinasi antara pelatih renang dan pelatih renang artistik. “Senin latihan renang indah, terus lompat hari latihan renang biasa. Jadi butuh koordinasi banget,” kata Chelsea yang tampak penuh semangat saat menjelaskan rutinitasnya.
Menatap Panggung Internasional
Dengan prestasi yang terus menanjak, Chelsea tidak ragu mematok target besar. Ia bercita-cita mewakili Indonesia dalam berbagai ajang multievent seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas), SEA Games, hingga Asian Games, baik di cabang renang maupun renang artistik.
Keberhasilan Chelsea menjadi penanda penting bagi regenerasi atlet renang dan artistik swimming di Indonesia. Dedikasi, bakat, dan dukungan keluarga menjadi fondasi kuat bagi anak-anak muda untuk bersinar di olahraga akuatik, yang selama ini kurang mendapatkan sorotan dibandingkan cabang lain seperti bulutangkis atau sepak bola.
Nama Besar dalam Darahnya
Sebagai cucu dari Verawaty Fadjrin, Chelsea membawa warisan semangat juang yang kuat dari keluarga. Verawaty adalah salah satu ikon olahraga Indonesia yang telah mempersembahkan medali dari berbagai ajang bergengsi dunia, termasuk All England dan Asian Games.
Kini, semangat itu tampak hidup dalam diri Chelsea, bukan di lapangan bulutangkis, melainkan di kolam renang. Kiprahnya menjadi simbol harapan baru bahwa tradisi kejayaan olahraga Indonesia akan terus berlanjut, bahkan dari generasi ke generasi.