John Wick ala So Ji-sub di ‘Mercy for None', Tampilkan Pertarungan Jarak Dekat

Ji-sub kembali ke genre noir lewat serial Netflix Mercy for None. Penampilan ini muncul sekitar 13 tahun setelah A Company Man (2012). Demi menampilkan esensi dingin dan intens dari aksi noir, Ji-sub menyuguhkan adegan laga brutal yang membuatnya dijuluki penonton lokal dan internasional sebagai ‘John Wick dari Korea’.
Aktor berusia 47 tahun ini mengungkapkan ketertarikannya secara pribadi pada film noir, terutama karena ia menyukai energi yang muncul dari konflik antarkarakter.
“Sepertinya banyak naskah genre noir bermunculan, tapi sebenarnya sangat jarang. Mungkin hanya satu atau dua dalam setahun. Jadi saya sangat bersyukur ketika naskah ini datang kepada saya,” ujarnya dalam wawancara dengan The Korea Times, pekan lalu.
Ji-sub mengatakan kembali ke genre noir terasa seperti mengeluarkan cheat code setelah sekian lama. “Saya memilih genre noir karena saya ingin mencoba sesuatu yang terasa cocok untuk saya,” jelasnya.
Ia mengaku bersyukur atas perbandingan dengan karakter John Wick, tapi juga menegaskan ada perbedaan mendasar dengan seri film John Wick.
“Kalau seri John Wick lebih banyak menampilkan aksi tembak-menembak dari jarak jauh, Mercy for None lebih fokus pada pertarungan jarak dekat. Saya rasa setiap negara punya kekuatan unik dalam film noir mereka. Di Korea, ketiadaan senjata api justru memberi dampak yang berbeda. Keuntungannya terletak pada pertarungan langsung, jarak dekat. Penonton bisa benar-benar merasakan energi mentahnya,” ujarnya.
Serial aksi yang terdiri dari tujuh episode ini berpusat pada karakter Nam Gi-jun (diperankan Ji-sub), yang secara sukarela memutus urat Achilles-nya sendiri dan keluar dari organisasi The Plaza. Ia kembali setelah 11 tahun karena kematian adiknya, Gi-seok (diperankan Lee Jun-hyuk). Adiknya merupakan orang nomor dua di kelompok Juwoon, salah satu dari dua organisasi kriminal kuat yang menguasai dunia bawah tanah Seoul. Gi-jun kemudian mengungkap kekuatan di balik kematian adiknya untuk membalas dendam.
Serial ini diadaptasi dari webtoon populer berjudul sama dengan basis penggemar kuat. Meski tetap setia pada beberapa aspek dari versi asli, drama ini juga menawarkan pesona dan ketegangan yang khas.
Ji-sub menjelaskan ada perbedaan antara versi webtoon dan serial drama ini. “Aku ingin gaya bertarung Gi-jun terlihat langsung, aksi yang bisa berhenti sejenak, tetapi selalu bergerak maju,” katanya.
“Saya ingin Gi-jun mengejar dendamnya secara brutal dan langsung; dia mungkin berhenti sejenak, tapi tidak pernah mundur. Dalam versi webtoon, dalam adegan satu lawan banyak, Gi-jun kesulitan melawan satu orang sebelum pindah ke yang lain. Namun, secara pengambilan gambar, itu akan membuat para penjahat di belakangnya tampak diam saja. Jadi dalam drama ini, dia harus menghadapi lawan yang semakin kuat secara bertahap,” imbuh Ji-sub.
Tahun ini menandai 30 tahun debut Ji-sub. Meski sudah bermain peran selama tiga dekade, ia mengakui akting justru semakin sulit seiring waktu. “Akting memang membawa kebahagiaan, tapi juga sangat menantang. Gaya akting saya biasanya tidak menampilkan perubahan emosi yang besar, jadi saya fokus pada detail-detail halus. Karena itu, terkadang terlihat seperti saya hanya mengulang diri saya sendiri di setiap peran. Saya ingin menunjukkan sisi yang segar, tapi rasanya tidak berhasil,” katanya.
Meski begitu, Ji-sub menyadari gaya aktingnya punya pesona tersendiri.
“Saya sendiri belum sepenuhnya memahami diri saya. Sekarang, saatnya menunjukkan saya bisa tampil dengan baik melalui karya saya,” tutupnya.(dwi)