Top 13+ Jam Alami Pendarahan, Ibu Hamil di Pulau Sapudi Selamat Usai Menembus Laut 3 Jam

ibu hamil, pendarahan, bidan desa, ibu hamil di tengah laut, 13 Jam Alami Pendarahan, Ibu Hamil di Pulau Sapudi Selamat Usai Menembus Laut 3 Jam

Seorang ibu hamil tujuh bulan asal Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, harus menjalani rujukan darurat ke rumah sakit di daratan utama usai mengalami pendarahan hebat selama lebih dari 13 jam.

Pasien bernama Masrifatul Firdaus (28), warga Desa Kalowang, Kecamatan Gayam, awalnya mendapat penanganan awal di fasilitas bidan desa, namun karena kondisi tak kunjung stabil, ia harus dirujuk ke RSUD dr. Moh. Anwar di Kota Sumenep pada Jumat (25/7/2025).

Menurut bidan Sri Wahyuni, yang turut mendampingi proses evakuasi, pasien datang ke bidan desa sekitar pukul 00.00 WIB dini hari setelah mengalami pendarahan aktif sejak malam sebelumnya.

“Pendarahannya terus berlangsung. Kami putuskan untuk merujuk ke Puskesmas Gayam pagi harinya,” kata Sri Wahyuni.

Diduga plasenta previa, penanganan harus oleh dokter spesialis

Setelah diperiksa di Puskesmas Gayam, pasien didiagnosis mengalami plasenta previa—kondisi di mana plasenta berada di bagian bawah rahim dan menutupi jalan lahir.

Kondisi ini secara medis membutuhkan penanganan spesialis karena berisiko tinggi bagi ibu dan janin jika terjadi pendarahan hebat.

“Plasentanya berada di bawah. Kalau sudah terjadi perdarahan aktif, tidak bisa ditangani di Puskesmas atau oleh bidan, harus dirujuk ke dokter spesialis,” jelas Sri Wahyuni, yang akrab disapa Yuyun.

Sayangnya, proses rujukan ke rumah sakit rujukan tidak langsung bisa dilakukan. Pihak Puskesmas masih harus menunggu konfirmasi dari petugas RSUD, dan baru pada pukul 13.00 WIB rujukan disetujui.

Evakuasi melawan ombak dan waktu

Setelah rujukan disetujui, pasien langsung diberangkatkan dari Pelabuhan Tarebung menggunakan perahu kayu menuju daratan di Kecamatan Dungkek. Proses evakuasi laut ini ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam, melewati ombak dan angin kencang.

Dalam perjalanan, pasien terus didampingi oleh dua bidan, serta keluarga terdekat. Peralatan medis seperti infus, oksigen, dan kateter harus tetap dijaga stabil sepanjang pelayaran.

“Kondisinya sempat membaik, tapi pendarahannya masih terus berlangsung setiba di rumah sakit,” ujar Yuyun.

Sistem rujukan dinilai perlu perbaikan

Yuyun menambahkan bahwa kasus seperti ini bukan kali pertama terjadi. Ia menyayangkan sistem koordinasi rujukan yang lambat, yang dapat memperburuk kondisi pasien.

“Kita sudah siap evakuasi sejak pukul 11.00 WIB, tapi harus menunggu persetujuan dari rumah sakit selama dua jam. Ini yang sering jadi kendala di wilayah kepulauan,” ujarnya.

Sebagai tenaga medis yang rutin menangani rujukan dari wilayah kepulauan, Yuyun berharap adanya pembenahan sistem agar penanganan darurat bisa berjalan lebih cepat dan efisien.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""