Top 5+ Kesalahan Fatal yang bikin Kamu Gagal Kaya

Warren Buffett.
Warren Buffett.

Investor kawakan Warren Buffett telah mengumpulkan kekayaan lebih dari US$161,1 miliar melalui investasi yang disiplin dan keterampilan manajemen bisnis di Berkshire Hathaway. Ia yakin bahwa prinsip membangun kekayaan itu sederhana—tetapi kebanyakan orang gagal mengikutinya.

Berikut 5 alasan mengapa kebanyakan orang tidak akan pernah bisa kaya, seperti dikutip dari New Trader U, Senin, 11 Agustus 2025:

1. Menunda untuk Mulai Berinvestasi

"Seseorang duduk di bawah naungan pohon hari ini karena seseorang menanam pohon itu sejak lama." - Warren Buffett

Ia membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun. Ia memahami prinsip keuntungan eksponensial sejak dini. Matematika pertumbuhan majemuk menciptakan keuntungan besar bagi mereka yang memulai lebih awal.

Jika seseorang menginvestasikan US$5 ribu per tahun dari usia 25 hingga 35, lalu berhenti, mereka masih bisa mengumpulkan lebih banyak kekayaan dibandingkan seseorang yang baru mulai berinvestasi pada usia 35 dan terus menabung hingga usia 65 tahun.

Keunggulan waktu ini tidak tergantikan—tidak ada strategi investasi cerdas yang bisa menebus hilangnya dekade pertumbuhan majemuk.

2. Tidak Sabar untuk Berinvestasi Jangka Panjang

"Pasar saham dirancang untuk mentransfer uang dari mereka yang aktif ke mereka yang sabar." - Warren Buffett

Kekayaan luar biasanya tidak dibangun dalam semalam, melainkan melalui puluhan tahun investasi yang sabar. Sementara kebanyakan investor terus-menerus mengecek harga saham setiap hari dan sering melakukan trading, Warren Buffett justru menahan investasinya selama bertahun-tahun—bahkan puluhan tahun.

Investasinya di Coca-Cola, yang dibeli pada 1988, masih ada dalam portofolio Berkshire Hathaway lebih dari 35 tahun kemudian. Kesabaran ini memungkinkan keuntungan modal dan dividen yang diinvestasikan kembali bekerja secara optimal.

Warren Buffett berpikir dalam jangka waktu dekade, bukan hari. Sementara itu, investor rata-rata justru merugi karena terlalu sering berdagang dan mencoba menebak pasar tanpa strategi yang jelas.

3. Membuat Keputusan Keuangan Berdasarkan Emosi

"Kualitas terpenting bagi seorang investor adalah temperamen, bukan kecerdasan." - Warren Buffett

Ia membuat keputusan investasi berdasarkan analisis rasional, bukan reaksi emosional. Dirinya pun melihat volatilitas pasar sebagai peluang, bukan ancaman.

Sebaliknya, kebanyakan orang membiarkan ketakutan, keserakahan, dan emosi lainnya mengendalikan keputusan keuangan mereka. Mereka menjual dalam kepanikan saat harga turun, tergoda euforia saat harga naik, dan membuat keputusan impulsif yang merusak rencana finansial mereka.

4. Selalu Hidup di Luar Kemampuan Finansial

"Jika Anda membeli barang yang tidak Anda butuhkan, segera Anda akan menjual barang yang Anda butuhkan." - Warren Buffett

Meskipun menjadi salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett masih tinggal di rumah yang ia beli pada 1958 seharga US$31.500. Ia juga mengendarai mobil sederhana dan menjalani gaya hidup yang relatif hemat dibandingkan kekayaannya yang luar biasa.

Kebanyakan orang kesulitan membangun kekayaan karena mereka menghabiskan semua penghasilan mereka—atau bahkan lebih dari yang mereka hasilkan. Fondasi utama dalam membangun kekayaan adalah menciptakan kesenjangan antara pendapatan dan pengeluaran, lalu menginvestasikan selisihnya.

5. Mengikuti Kerumunan

"Takutlah saat orang lain serakah, dan serakahlah saat orang lain takut." - Warren Buffett

Saat krisis keuangan 2008, ketika banyak investor panik menjual saham, namun ia justru membeli, termasuk investasi US$5 miliar di Goldman Sachs yang kemudian menghasilkan miliaran keuntungan.

Investor rata-rata melakukan kebalikan dari Warren Buffett—mereka membeli saat pasar sedang naik dan menjual saat pasar turun, mengikuti emosi, bukan analisis rasional.