Bakal Gelar RGS 2025, OJK Perkuat Tata Kelola hingga Integritas Industri Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan kolaborasi bersama terkait Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan (Governance, Risk, and Compliance/GRC) antara kementerian/lembaga, industri, Asosiasi Profesi Bidang GRC, serta para pemangku kepentingan industri Jasa Keuangan lainnya.
Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan menyelenggarakan Risk and Governance Summit (RGS) 2025 di Jakarta, Selasa (19/8). Ajang tersebut bakal menjadi ruang strategis bagi penguatan praktik tata kelola dan penegakan integritas sektor jasa keuangan.
“Dampak yang diinginkan adalah kesadaran terkait GRC semakin kuat, kemudian berbagi pengetahuan mengenai acuan terkait GRC,” ujar Ketua Dewan Audit yang juga Anggota Dewan Komisioner OJK, Sophia Wattimena di Jakarta, dikutip, Sabtu 16 Agustus 2025.
Dia menjabarkan, RGS tahun ini mengusung tema ‘Empowering the GRC Ecosystem to Drive Economic Growth and National Resilience’. Tema ini menekankan pentingnya penguatan ekosistem GRC sebagai fondasi menuju Visi Indonesia Emas 2045 dan respons terhadap kompleksitas risiko global, seperti krisis iklim, digitalisasi, dan instabilitas ekonomi.
Selain itu, kata dia, OJK juga ingin menegaskan perannya sebagai promotor penguatan governansi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. RGS akan terus menjadi platform kebijakan dan kolaborasi lintas sektor guna memperkuat ketahanan ekonomi nasional melalui tata kelola yang sehat dan berintegritas.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lebih lanjut kata dia, RGS 2025, menjadi sarana pertukaran informasi tentang praktik terbaik dari para profesi di bidang GRC untuk penguatan sektor jasa keuangan, dan menciptakan ekosistem tata kelola yang baik dan berintegritas di OJK dan sistem jasa keuangan.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, OJK juga menggelar Innovation Paper Competition bertema tata kelola untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kompetisi ini diikuti 585 karya dari 99 perguruan tinggi negeri dan 143 perguruan tinggi swasta.
“Ini agar meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap praktik dan tantangan GRC di sektor jasa keuangan,” kata Sophia.
Topik paling dominan dalam paper adalah tata kelola untuk penguatan ketahanan pangan nasional, disusul tema terkait pencegahan fraud dan pencucian uang, regulasi teknologi untuk tata kelola sektor keuangan digital, dan inovasi peningkatan kapasitas SDM.