Sederet Koin Utam Kripto Kompak Anjlok, Ada Peluang Investasi Jangka Panjang?

Berdasarkan data Coinmarketcap, Bitcoin (BTC) anjlok 6,54 persen hingga Kamis, 21 Agust 2025 pukul 14.20 WIB. Sementara dalam 24 jam terakhir terpantau turun 0,13 persen sehingga harga BTC menyentuh level menjadi US$113.629.
Ethereum (ETH) juga mengikuti tren pelemahan, yakni merosot 0,18 persen dalam seminggu ke level US$4,280. Cardano (ADA) tercatat anjlok 12,85 persen menjadi US$0,871.
Kemudian Solana (SOL) kehilangan 9,38 persen dalam sepekan menjadi US$186. Koreksi juga dialami koin XRP sebesar 10,67 persen ke level US$2,90 dan Dogecoin (DOGE) melemah 10,01 persen ke harga US$0,22.

Bitcoin dan Kripto
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global turun menjadi US$3,8 triliun. Indeks Sentimen Pasar Kripto (Crypto Fear and Greed Index) tercatat berada pada level 53, menunjukkan kondisi netral dengan kecenderungan waspada.
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai koreksi pasar merupakan respons normal dari investor terhadap ketidakpastian global. Tekanan harga yang terjadi saat ini mencerminkan sikap investor yang menahan posisi sambil menunggu kejelasan dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
“Pasar kripto sering kali bergerak lebih cepat dalam merespons sinyal kebijakan makroekonomi dibanding instrumen lain,” jelas Antony dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 21 Agustus 2025.
Dari sisi on-chain, tercatat adanya pergerakan signifikan dari whale dan institusi. Data menunjukkan sebanyak 12.000 BTC dikirim ke bursa, indikasi aksi ambil untung oleh pemegang besar.
Namun, akumulasi tetap terjadi di sisi treasury. Metaplanet menambah 775 koin Bitcoin senilai sekitar US$93 juta serta MicroStrategy membeli tambahan 430 koin BTC.

Bitcoin.
Kombinasi ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks. Jika deposit whale terus meningkat, potensi kepanikan investor ritel bisa muncul. Sebaliknya, akumulasi oleh perusahaan publik menjadi faktor penopang jangka panjang, meskipun efek jangka pendeknya terbatas.
Antony menambahkan, deposit besar ke bursa dari whale acapkali memicu volatilitas jangka pendek. Ia memperingatkan, apabila tren koreksi berlanjut akan mendorong investor ritel melakukan aksi jual.
“Akumulasi yang dilakukan institusi justru memperlihatkan semakin kuatnya keyakinan terhadap nilai Bitcoin dalam jangka panjang. Perbedaan perilaku antara trader jangka pendek dan strategi perbendaharaan jangka panjang inilah yang membuat dinamika pasar Bitcoin menjadi unik,” lanjut Antony.
Antony menambahkan bahwa meski pembelian oleh institusi memberikan fondasi jangka panjang. Salah satu dampaknya terhadap harga tidak serta-merta langsung terasa dibandingkan dengan tekanan jual dari whale.
“Saat ini pasar berada di titik keseimbangan antara aksi ambil untung whale dan strategi akumulasi institusi. Investor perlu berhati-hati dalam jangka pendek, namun tetap melihat adanya struktur penopang yang terbentuk untuk jangka panjang,” ujarnya.
Selain itu, tekanan harga kali ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sentimen pasar melemah jelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang diperkirakan memberi sinyal arah kebijakan moneter AS.
Sentimen lainnnya berasal dari regulator keuangan Korea Selatan yang memerintahkan bursa kripto lokal untuk menghentikan layanan pinjaman kripto. Kebijakan mendadak ini menambah kecemasan investor terkait stabilitas pasar regional.
Lebih lanjut, Antony menekankan kondisi saat ini justru bisa menjadi momentum bagi investor jangka panjang. Dalam siklus pasar kripto, fase penurunan adalah ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi secara bertahap.
"Strategi seperti dollar-cost averaging dapat membantu menghadapi volatilitas yang tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, pelemahan altcoin seperti ETH, ADA maupun SOL adalah bagian dari pola rotasi pasar. Ia menyampaikan, investor cenderung mengalihkan likuiditas ke aset yang dianggap lebih aman ketika volatilitas meningkat.
"Pola ini bukan berarti altcoin kehilangan potensi, melainkan refleksi dari sikap konservatif sementara,” tambah Antony.
Di tengah tekanan harga, Antony mengingatkan pentingnya disiplin manajemen risiko. Ia meminta agar investor sebaiknya tidak hanya melihat potensi keuntungan, tetapi juga memiliki strategi mitigasi risiko seperti diversifikasi portofolio, penggunaan stop-loss, serta penentuan target investasi yang jelas.
Secara historis, Antony menyoroti volatilitas kripto yang tinggi justru membuka ruang bagi inovasi. Investor yang mampu melihat peluang di balik volatilitas akan lebih siap menghadapi perubahan siklus berikutnya.
"Setiap fase koreksi biasanya diikuti oleh lahirnya tren baru," pungkasnya.