Perang Harga Semakin Masif, Gaikindo Ingatkan Risiko Jangka Panjang

Persaingan harga yang semakin tajam mulai mewarnai lanskap industri otomotif nasional, terutama sejak masuknya berbagai pemain baru dari Tiongkok.
Dalam beberapa bulan terakhir, konsumen disuguhi banyak pilihan kendaraan dengan harga yang sangat kompetitif, terutama di segmen mobil listrik.
Namun, di balik fenomena ini, muncul kekhawatiran dari kalangan industri, termasuk Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Ilustrasi suasana pameran GIIAS 2025
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, memberikan pandangannya terhadap kondisi ini.
Menurutnya, industri otomotif bukanlah sekadar arena persaingan harga, tetapi sektor strategis yang menopang banyak aspek ekonomi nasional.
“Ini adalah industri yang sangat strategis dan penting sekali. Kita tidak ingin ini jadi medan perang harga. Harusnya bisa menjadi lahan untuk basis produksi industri kendaraan bermotor di kawasan ASEAN,” ujar Kukuh saat ditemui di ajang GIIAS 2025 (31/7/2025).
Ilustrasi suasana pameran GIIAS 2025
Ia menilai, masuknya berbagai kendaraan baru asal Tiongkok memang membawa dinamika baru di pasar otomotif Indonesia.
Harga yang sangat bersaing bisa menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, tetapi berpotensi mengganggu keberlangsungan industri dalam jangka panjang.
“Sekarang kita mengalami tahapan berikutnya lagi, kita harus berubah. Kita menghadapi hal baru dengan masuknya kendaraan baru dari Tiongkok, harganya juga kompetitif,” katanya.
Ilustrasi suasana pameran GIIAS 2025
Gaikindo mencatat, sepanjang Januari–Juni 2025, penjualan mobil secara wholesales turun 8,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dari 410.020 unit menjadi 374.740 unit.
Pada periode tersebut, penjualan ritel juga mengalami penurunan 9,7 persen menjadi 390.467 unit dari sebelumnya 432.453 unit.
Kukuh menyoroti bahwa salah satu penyebab utama penurunan ini adalah melemahnya daya beli kelas menengah, yang menjadi tulang punggung pasar otomotif Indonesia.
“Kajian menunjukkan, kelas menengah income-nya hanya naik sekitar 3,5 persen setahun sesuai inflasi. Namun harga mobil yang menjadi incaran utama kelas menengah tadi naiknya 7,5 persen, gap-nya makin lama makin besar. Ini yang harus diantisipasi, industri otomotif harus diselamatkan," kata dia.
Gaikindo mencatat, terdapat lebih dari 1,5 juta orang yang terlibat dalam rantai pasok industri otomotif nasional, dari tier-1 hingga tier-3.
Ketergantungan besar terhadap industri ini menegaskan bahwa strategi bisnis otomotif tak bisa sekadar bertumpu pada kompetisi harga murah.
Perlu ada keseimbangan antara persaingan sehat, keberlanjutan industri, dan perlindungan terhadap pelaku dalam ekosistem otomotif.