BYD Motors Indonesia Tak Terlibat Perang Harga Mobil Listrik

BYD Motors Indonesia memastikan tidak akan terlibat dalam perang harga di pasar mobil listrik nasional, meskipun daya beli masyarakat terhadap kendaraan saat ini tengah melemah.
Hal tersebut juga berlaku ketika perusahaan tampil di pameran akbar seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang akan digelar di ICE BSD City, Tangerang, pada 24 Juli mendatang, maupun saat produksi mobil dirakit secara lokal.
“Memang betul market-nya lagi sulit. Tapi BYD tidak melakukan strategi harga sebagai bagian dari strategi penjualan,” ujar Head of Marketing, PR & Government Relations BYD Indonesia, Luther Panjaitan di Jakarta, Rabu (15/7/2025).
Ia menekankan, BYD lebih mengutamakan memperkenalkan lini produk dan teknologi terbaru kepada publik ketimbang bersaing melalui diskon atau revisi harga.
Meski begitu, Luther belum merinci target penjualan yang ingin dicapai selama pameran.
Ia hanya berharap capaian di GIIAS 2025 bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.
Selain itu, ia juga menegaskan harga mobil listrik BYD akan tetap stabil meskipun perakitan lokal dijadwalkan mulai pada 2026 di pabrik baru di Subang, Jawa Barat.
Saat ini, seluruh model BYD masih diimpor utuh (CBU) dari China.
Menurutnya, kebijakan insentif dan fiskal yang dijalankan BYD bersama pemerintah memang dirancang agar harga jual kendaraan tidak banyak berubah, baik sebelum maupun sesudah produksi lokal dimulai. "Struktur insentif dan tax policy yang kami lakukan saat ini itu membuat harga sebelum dan saat manufaktur itu sama," kata dia.
BYD M6 di GJAW 2024
Strategi ini dirasa penting untuk menjaga kepercayaan konsumen di pasar nasional.
Perseroan juga tidak ingin memunculkan kesan bahwa membeli mobil saat masih impor terasa lebih mahal dibanding ketika dirakit lokal. "Itu penting karena untuk membuat confidence level di market. Artinya, misalnya beli mobil mahal karena ini impor, ya kalau sudah jadi pabrik lebih murah. Itu justru fiskal policy yang ada membuat kondisi sebelum dan sesudah tidak ada perbedaan," kata Luther.
Langkah BYD yang bertekad menjaga harga stabil berbeda dengan sejumlah merek otomotif China lain yang justru menurunkan harga cukup drastis setelah memulai perakitan lokal.
Sebagai contoh, BAIC memangkas harga BJ40 Plus dari Rp 790 jutaan menjadi Rp 698 jutaan setelah dirakit di Indonesia.
MG Motors pun merevisi harga MG4 dari Rp 640 juta saat CBU Thailand menjadi sekitar Rp 395 jutaan setelah dirakit lokal.