Hampir 40.000 Motor Listrik Polytron Terjual di Indonesia

 Meski angka penjualan motor listrik di Indonesia mengalami penurunan, Polytron mengungkap jumlah kendaraan yang beroperasi terus tumbuh. Sejak pertama kali meluncur pada 2021, mereka sudah menjual hampir 40 ribu unit.

Angka tersebut dipercaya bakal terus meningkat mengingat potensi pasar masih ada meski penuh tantangan.

“Dari pertama kali meluncur di 2021, jumlahnya sudah hampir mencapai 40 ribu unit. Jadi angka 30 ribu unit sudah terlampaui, tapi angka detailnya saya tidak bisa sampaikan,” ungkap Ilman Fachrian Fadly, Head of Electric Vehicle Product Group Polytron di Jakarta.

Dari jumlah tersebut, Polytron Fox-R diklaim menjadi model terlaris, disusul oleh Fox S dan Fox 500.

“Tapi kalau detailnya belum bisa disampaikan,” tambahnya.

Banyaknya unit terjual menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap motor listrik Polytron. Terlebih ketika insentif pemerintah belum bisa dipastikan kapan hadir di Indonesia.

Polytron Fox-R

Ia mengungkap bahwa sebelum membawa unit ke Indonesia, pihaknya memang terus menyesuaikan agar sesuai kebutuhan pasar.

“Kalau bisa diterima oleh masyarakat ya syukur alhamdulillah, tapi kalau tidak maka akan kami cari lagi produk yang memang sesuai dengan kebutuhan,” tegasnya.

Siapkan Insentif

Meski mengaku penjualan sepeda motor Polytron sudah hampir mencapai 40 ribu unit, dirinya sadar pasar motor listrik masih perlu insentif. Sayangnya, pemerintah sampai sekarang belum mengeluarkan kebijakan yang selama ini menjadi kunci dalam pengembangan pasar EV.

Oleh sebab itu, Polytron pun mengambil langkah sendiri agar bisa menjual kendaraan dan bertahan di pasar. Salah satunya dengan memberi insentif Rp 7 juta pada setiap EV roda dua mereka di Indonesia.

Polytron Tawarkan Beragam Promo di IMOS 2024

Langkah ini diklaim bisa meningkatkan penjualan motor listrik di Tanah Air karena program terbilang cukup memudahkan.

"Jadi kami memberikan subsidi sendiri sehingga harganya tetap kompetitif. Terlebih, konsumen jadi tidak repot dengan skema satu KTP untuk satu kendaraan," tegas Ilman kemudian.

Meski demikian, dirinya mengakui bahwa situasi tersebut cukup memberatkan perusahaan. Pasalnya, keuntungan yang bisa didapatkan menjadi lebih kecil dari seharusnya.