Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia

Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia

Surat-surat Raden Ajeng Kartini telah ditetapkan sebagai bagian dari Memory of the World UNESCO, sebuah pengakuan global yang mengukuhkan harkat dan martabat Kartini serta menginspirasi perempuan di seluruh dunia.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan, penetapan ini akan memberikan dampak besar bagi kemajuan perempuan Indonesia di masa depan.

Ia juga memberikan apresiasi kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang telah menginisiasi pameran dan seminar seputar pemikiran Kartini.

Menurut Fadli Zon, surat-surat Kartini adalah salah satu dari lima arsip Indonesia yang masuk dalam 74 inskripsi terbaru Memory of the World Register.

"Surat-surat Kartini tentu memberikan inspirasi, terutama kepada kaum perempuan yang waktu itu masih mengalami keterbatasan dalam memperoleh pendidikan," jelas Fadli, Rabu (20/8).

Ia juga membandingkan perjuangan hak pilih perempuan di Indonesia yang lebih dulu terjadi dibandingkan di beberapa negara lain, di mana women voting rights sudah dibicarakan pada Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928, bahkan sebelum negara lain seperti Amerika Serikat.

Masuknya surat-surat Kartini ke dalam daftar UNESCO menunjukkan bahwa dunia mengakui warisan intelektual dan sumbangan pemikiran Indonesia bagi peradaban global.

Cara pandang Kartini mengenai pendidikan, emansipasi, dan kesetaraan telah menjadi memori kolektif global yang dapat menjadi fondasi untuk membangun dunia yang lebih baik.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifatul Choiri Fauzi, menambahkan bahwa pemikiran progresif Kartini mengenai hak pendidikan, martabat, dan kesetaraan gender sangat relevan untuk diabadikan.

"Mengarsip surat-surat Raden Ajeng Kartini sebagai bagian dari Memory of the World bukan sekadar tindakan administratif, melainkan langkah simbolik, praktis, dan strategis untuk menjaga warisan intelektual perempuan Indonesia yang visioner dalam konteks global," ucapnya.