Makanan Jepang di Indonesia Makin Populer, Ternyata Pelopornya Sudah 40 Tahun

Kuliner Jepang di Indonesia kini menjadi salah satu tren gastronomi yang tak pernah redup. Dari sushi hingga ramen, cita rasa Negeri Sakura telah memikat lidah masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Restoran-restoran bertema Jepang menjamur di berbagai kota, menawarkan pengalaman kuliner yang autentik sekaligus ramah di kantong.
Namun, di balik popularitas ini, ada satu nama yang menjadi pionir dalam memperkenalkan makanan bergaya Jepang di Tanah Air: HokBen. Pada 18 April 2025, HokBen resmi memasuki usia ke-40, menandai perjalanan panjang dalam menyajikan hidangan khas Jepang yang telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia.
Awal Mula Kuliner Jepang di Indonesia
HokBen, yang berdiri pada tahun 1985, menjadi pelopor restoran cepat saji bergaya Jepang di Indonesia. Berbeda dengan restoran Jepang premium yang menargetkan kalangan atas, HokBen hadir dengan konsep yang lebih inklusif, menawarkan menu seperti Chicken Teriyaki, Beef Yakiniku, dan Ekkado yang terjangkau namun tetap mempertahankan cita rasa khas Jepang.
Sebagai bisnis asli Indonesia, HokBen berhasil menyesuaikan rasa masakan Jepang dengan selera lokal tanpa menghilangkan esensi aslinya. Pendekatan ini menjadi kunci keberhasilan mereka dalam menarik pelanggan dari berbagai kalangan.
“HokBen sebagai bisnis asli Indonesia bisa bertahan melewati krisis moneter, pandemi Covid-19, dan berbagai tantangan lainnya berkat dukungan pelanggan setia,” ujar Agus Wijaya, Senior Manager Brand & Promotion HokBen.
Tren Kuliner Jepang di Indonesia
Popularitas makanan Jepang di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya pop Jepang, seperti anime, manga, dan J-Pop, yang mulai masuk ke Indonesia sejak akhir 1980-an.
HokBen, sebagai pelopor, memanfaatkan gelombang ini dengan baik, memperkenalkan menu yang mudah diterima oleh lidah Indonesia, seperti teriyaki yang manis-gurih dan tempura yang renyah. Saat ini, restoran Jepang di Indonesia tidak hanya menawarkan bento dan sushi, tetapi juga ramen, udon, dan dessert khas seperti mochi dan dorayaki, yang semakin digemari.
Data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menunjukkan bahwa sektor makanan dan minuman, termasuk restoran bertema Jepang, mengalami pertumbuhan signifikan sejak 2010, dengan peningkatan rata-rata 7-10% per tahun.
Fenomena ini didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat kelas menengah dan minat terhadap pengalaman kuliner internasional. HokBen, dengan jaringannya yang kini mencakup ratusan gerai di seluruh Indonesia, menjadi salah satu pemain utama dalam tren ini.
Masa Depan Kuliner Jepang di Indonesia
Keberhasilan HokBen selama empat dekade menjadi cerminan bagaimana kuliner Jepang telah berakar kuat di Indonesia. Dengan semakin banyaknya restoran Jepang yang bermunculan, persaingan di sektor ini diprediksi akan semakin ketat. Namun, dengan inovasi menu, adaptasi terhadap selera lokal, dan komitmen terhadap kualitas, pelopor seperti HokBen terus membuktikan bahwa makanan Jepang bukan sekadar tren, melainkan bagian integral dari lanskap kuliner Indonesia.
Inovasi Menu: Menjaga Tradisi, Merangkul Modernitas
Seiring waktu, HokBen terus berinovasi untuk menjaga relevansinya di tengah persaingan kuliner yang semakin ketat. Salah satu terobosan terbaru adalah peluncuran Irodori Bento, sebuah menu eksklusif yang menawarkan pengalaman kuliner Jepang dalam satu kotak dengan sembilan sekat.
Irodori Bento hadir dalam tiga varian: Chicken Teriyaki, Beef Yakiniku, dan Chicken Curryaki. Setiap kotak berisi dua porsi nasi, mi ramen dengan saus pasta, serta berbagai lauk khas HokBen seperti Ebi Furai dan Tori Ball.
Inovasi seperti Irodori Bento menunjukkan bagaimana HokBen berusaha menyeimbangkan tradisi kuliner Jepang dengan kebutuhan pasar modern. Menu ini tidak hanya menawarkan variasi rasa, tetapi juga pengalaman visual yang menarik, dengan penyajian yang rapi dan warna-warni, sesuai dengan nama “Irodori” yang berarti “warna” dalam bahasa Jepang. Pendekatan ini mencerminkan tren global dalam kuliner Jepang, di mana estetika penyajian menjadi bagian penting dari pengalaman makan.
Tantangan dan Ketahanan di Tengah Krisis
Perjalanan 40 tahun HokBen tidak selalu mulus. Krisis moneter 1998, resesi ekonomi, hingga pandemi Covid-19 menjadi ujian besar bagi industri kuliner, termasuk HokBen. Namun, dengan strategi yang adaptif, seperti memperkuat layanan pesan antar dan menjaga kualitas menu, HokBen mampu bertahan.
“Kami terus mendengarkan masukan pelanggan untuk meningkatkan layanan dan inovasi menu,” ungkap Agus Wijaya.