Kunci Jadi Pemenang dalam Woodball, Atlet Indonesia: Bukan Kesalahan Lawan, Tapi dari Kejujuran dan Pengendalian Diri Sendiri

Asian Cup Woodball Championship 2025 bukan sekadar ajang unjuk prestasi. Di tengah ketatnya persaingan, nilai-nilai karakter, kejujuran, disiplin, dan respek muncul dalam setiap pertandingan.
Hal tersebut diungkap pemain Woodball Indonesia Ahris Sumariyanto. Menurutnya, woodball adalah olahraga dengan etika yang sangat kuat. Dalam woodball, karakter pemain benar-benar teruji.
“Setiap langkah butuh komitmen, mulai dari sikap kepada orang tua, kejujuran, sampai tanggung jawab di lapangan,” ungkap Ahris di JSI Resort, Bogor, Rabu (21/8).
Bagi Ahris, kemenangan dalam woodball tidak pernah lahir dari kesalahan orang lain, tetapi sepenuhnya ditentukan oleh pengendalian diri sendiri.
“Kalau curang, hati tidak akan tenang dan permainan pasti kacau. Justru kejujuran dan disiplin itulah yang membuat prestasi bisa dicapai,” imbuhnya.
Sementara itu, atlet Woodball senior asal Hongkong Lam Chi Ho merasakan betul bagaimana woodball lebih dari sekadar olahraga.
Selama 17 tahun menekuni permainan ini, ia belajar menghadapi tekanan dan membangun kekuatan hati. Woodball mengajarkan untuk berbicara dengan hati, mengendalikan emosi, dan menjadi pribadi yang lebih kuat.
“Saya bisa membawa pelajaran itu bahkan ke kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Di Asian Cup kali ini, atmosfer sportivitas dan fair play menjadi sorotan. Salah satunya adalah tradisi pemain mencatat sendiri jumlah pukulan setelah menyelesaikan tiap fairway, meski ada wasit yang mengawasi.
Mekanisme ini seolah menjadi ujian kejujuran, karena peluang untuk berbuat curang sebenarnya terbuka. Namun, para atlet justru menunjukkan integritas tinggi.
“Fair play itu penting sekali. Saya suka bermain dengan lawan yang sopan dan saling menghormati,” tambah Chi Ho. (Knu)