Strategi BYD Jaga Harga Bekas Mobil Listrik di Indonesia

Nilai jual kembali atau resale value masih menjadi salah satu pertimbangan utama konsumen Indonesia sebelum membeli mobil, termasuk kendaraan listrik. Persepsi ini kerap membuat calon pembeli ragu beralih dari mobil berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Menyadari hal itu, BYD Motor Indonesia menegaskan komitmennya untuk mengedukasi pasar sekaligus membangun ekosistem yang dapat menjaga harga jual bekas mobil listrik di masa depan.
Menanggapi hal ini, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, mengatakan bahwa kendaraan listrik harus dipahami sebagai bagian dari ekosistem yang lebih luas, bukan sekadar produk tunggal.
“Elektrifikasi kendaraan bukan hanya soal mobilnya, melainkan juga dukungan infrastruktur, layanan purnajual, dan keterlibatan mitra lokal,” ujarnya belum lama ini.
BYD saat ini membangun jaringan pendukung yang mencakup 53 dealer serta lima showroom, seluruhnya dilengkapi fasilitas charging station AC dan fast charging DC. Beberapa dealer juga direncanakan memiliki super mega charger berkapasitas tinggi.
Menurut Eagle, perkembangan infrastruktur pengisian daya menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap nilai jual kembali kendaraan listrik.
“Dengan ekosistem yang semakin matang, kepercayaan konsumen terhadap kendaraan listrik, termasuk nilai jual bekasnya, akan ikut meningkat,” katanya.
Ia juga menyoroti peran volume penjualan dan permintaan pasar dalam menentukan resale value. Tiga tahun lalu, penetrasi kendaraan listrik di Indonesia masih di bawah dua persen. Kini, angkanya sudah mencapai 17 persen.
“Permintaan yang meningkat akan membuat pasar mobil listrik bekas lebih solid,” ujar dia.
Selain infrastruktur, BYD terus melakukan riset terkait pasar kendaraan listrik bekas dan menggandeng mitra lokal untuk memperkuat rantai pasok purnajual. Keterlibatan bengkel independen, jaringan suku cadang, serta platform perdagangan mobil bekas diharapkan membantu menstabilkan harga jual kembali.
Pengalaman global BYD menjadi modal untuk membangun kepercayaan konsumen. Hingga bulan ini, perusahaan telah memproduksi lebih dari 13 juta unit kendaraan listrik di tingkat global. Eagle menyatakan keyakinannya bahwa integrasi vertikal dan teknologi inti BYD akan memastikan produk yang terjangkau sekaligus memiliki nilai yang terjaga dalam jangka panjang.
BYD juga aktif melakukan edukasi melalui program test drive, demonstrasi total cost of ownership, serta inisiatif trade-in dan garansi baterai yang jelas. Langkah-langkah ini dimaksudkan memberi data nyata kepada konsumen agar keputusan pembelian lebih berinformasi dan mendukung transisi energi bersih.
“Dengan teknologi inti dan integrasi vertikal rantai pasok, kami yakin dapat menghadirkan produk yang terjangkau dan memiliki nilai terjaga dalam jangka panjang,” tutur dia.