Kata Gaikindo soal Fenomena Perang Harga di GIIAS 2025
Fenomena perang harga mulai terlihat jelas di perhelatan otomotif GIIAS 2025. Merek Cina berlomba menawarkan mobil harga paling kompetitif dari model lain di kelas yang sama.
Beberapa yang tidak meluncurkan produk baru memutuskan buat memangkas harga jual kendaraan mereka di GIIAS 2025.
Salah satu manufaktur Tiongkok, BYD memutuskan buat melakukan peluncuran BYD Atto 1 seharga mulai dari Rp 195 jutaan.
Sempat jadi topik perbincangan hangat sebab banderol itu semakin dekat dengan harga LCGC di dalam negeri.

Menanggapi hal tersebut, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyorot saat ini tetap ada dampak positif bisa dirasakan khususnya oleh konsumen.
Namun perlu diperhatikan apakah harga mobil ditawarkan berbagai merek Tiongkok di dalam negeri bisa bertahan lama.
“Banyak sisi positifnya, tinggal kita melihat seberapa lama dia bisa seperti itu. Apakah harganya benar,” kata Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo kepada KatadataOTO di sela GIIAS 2025 belum lama ini.
Ia menyebut fenomena tersebut sebagai persaingan harga. Menurut Kukuh, manufaktur memang berupaya mengeluarkan produk yang ada di jangkauan pembelian konsumen dalam negeri.
Berdasarkan data Gaikindo, sekitar 70 persen sampai 80 persen konsumen Tanah Air membeli kendaraan roda empat dengan kisaran harga sampai Rp 300 jutaan.
Sehingga jadi hal normal ketika pabrikan berbondong-bondong meluncurkan produk di kisaran harga itu ataupun bahkan lebih rendah.
“(Apakah) merusak pasar? Tidak. Kalau kemudian dia (merek) melakukan kajian dasarnya tadi, pembeli mobil beli yang harganya di situ (Rp 300 jutaan ke bawah) dan kemudian dia bisa memunculkan produk dengan harga tersebut, kenapa tidak,” ucap Kukuh.

Persaingan harga khususnya yang terjadi di segmen mobil listrik dapat mulai mengubah persepsi bahwa harga electric vehicle (EV) mahal.
Oleh karenanya dia berharap kehadiran berbagai produk baru harga kompetitif di GIIAS 2025 dapat ikut berkontribusi memperbaiki daya beli masyarakat.
“Kita akan memonitor, ini trennya naik atau tidak,” ucap Kukuh menutup perkataannya.