Kata Gaikindo soal Mobil Nasional RI: Tergantung Pemerintah
Angka penjualan mobil Malaysia di kuartal kedua 2025 mencatatkan hasil positif yakni 183.366 unit. Ini mengalahkan Indonesia yang menjual 169.578 unit pada periode sama.
Meskipun Indonesia masih tetap memimpin penjualan di semester pertama 2025, hal ini menjadi sorotan sejumlah pihak.
Menariknya, mobil nasional buatan Malaysia disebut banyak berkontribusi menopang penjualan di sana. Dua produk yang jadi andalan adalah Proton Saga dan Perodua Alza.
Kehadiran mobil nasional, menurut pengamat dapat membantu menjaga volume produksi dan kestabilan penjualan.

Di Malaysia, baik Proton maupun Perodua dijual dengan harga menyesuaikan daya beli kelas menengah. Sehingga dapat menjangkau target konsumen di tengah berbagai tantangan ekonomi.
Menanggapi hal tersebut, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan mobil nasional juga memungkinkan dikembangkan di dalam negeri.
“Mobil nasional sangat mungkin dibuat oleh industri yang ada. (Pertanyaannya) perlu atau tidak,” kata Jongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo kepada KatadataOTO belum lama ini.
Hanya saja memang banyak hal perlu dibenahi apabila Indonesia mau serius menjual mobil nasional, apalagi jika melihat pengalaman terdahulu konsumen Esemka yang tak kunjung mendapatkan unit setelah beberapa tahun melakukan pemesanan.
Bahkan pada April 2025, calon pelanggan mobil Esemka Bima menggugat manufaktur kendaraan tersebut karena merasa dirugikan.
Namun di GIIAS 2025 ada purwarupa produk mobil nasional bertenaga listrik dari PT Teknologi Militer Indonesia bernama i2C.
“Kalau sekarang (dinilai) sudah perlu (mobil nasional), maka tinggal dibuat syarat-syarat dan peraturannya,” ungkap Jongkie.
Masyarakat Nantikan Kehadiran Mobil Nasional
Pengamat otomotif menilai masih ada masyarakat yang menantikan kehadiran mobil nasional mulai dipasarkan.
Kehadiran produk kendaraan roda empat dari Polytron dan i2C disebut bisa menuai sambutan positif dan mengembalikan kepercayaan terhadap merek lokal.
“Masyarakat masih berharap adanya merek (mobil) nasional, kebanggaan kita,” kata Yannes Martinus Pasaribu, akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus pengamat otomotif ketika ditemui di sela GIIAS 2025 beberapa waktu lalu.

Dengan roadmap dan perencanaan yang baik, kehadiran mobil nasional dapat menjadi solusi membantu mendorong penjualan. Tugas besar pemerintah adalah meyakinkan konsumen untuk membelinya.
Yannes turut menegaskan merek mobil nasional atau lokal harus disertai pendukung seperti jaringan diler memadai dan ketersediaan unit.
“Idealnya, kita harus punya (mobil nasional). Kita tidak boleh jadi net importer country,” ucap Yannes.