Pentingnya Punya Mobil Nasional Seperti Malaysia, Jaga Daya Saing

Penjualan mobil di Malaysia menunjukan kinerja positif. Bahkan disebut-sebut mampu melampaui Indonesia pada kuartal dua 2025.

Melansir Nikkei Asia serta Nationthailand pada Jumat (08/08), salah faktor pendorong pasar kendaraan roda empat di sana adalah mobil nasional.

Perodua maupun Proton diklaim mampu berkontribusi sampai 63 persen di paruh pertama tahun ini. Membuat keduanya mempertahankan posisi sebagai pimpinan pasar.

Apalagi Proton Saga serta Perodua Alza berhasil bersaing dengan dua produk asal Jepang, yakni Toyota Vios juga Honda City.

Proton Exora

"Merek-merek ini berfungsi sebagai bantalan atau back bone yang menjaga volume produksi dan penjualan tetap stabil, bahkan ketika merek-merek non-nasional berfluktuasi," buka Yannes Martinus Pasaribu, pakar otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada KatadataOTO, Jumat (08/09).

Yannes menjelaskan bahwa kedua mobil nasional tersebut adalah pilar pembangunan industri yang berkesinambungan.

Sebab Proton dan Perodua menyediakan produk yang harganya sangat sesuai dengan tingkat daya beli kelas menengah di Malaysia.

"Keterjangkauan ini membuat permintaan domestik tetap solid dan tidak terlalu sensitif terhadap guncangan ekonomi," lanjut dia.

Sayangnya hal tersebut luput di Indonesia. Nasib mobil nasional di Tanah Air justru kurang beruntung.

Lalu ia menuturkan kalau pasar kendaraan roda empat di dalam negeri masih bergantung pada investasi merek maupun prinsipal asing.

"Meskipun telah membangun ekosistem kuat, kini (pabrikan di Indonesia) menghadapi tekanan hebat dari pendatang baru yang fokus pada perang harga," Yannes menambahkan.

Sebagai informasi, sebelumnya Indonesia memiliki sejumlah proyek mobil nasional.

Seperti contoh Timor yang diniagakan pada periode 1990-an. Model ini merupakan hasil kolaborasi dengan Kia Motors.

Namun proyek tersebut dihentikan karena terkendala sengketa di World Trade Organization (WTO). Lalu krisis ekonomi yang ada menimbulkan masalah kuangan.

Di sisi lain nama Esemka turut mencuat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Produk asal Solo Jawa Tengah itu digadang-gadang menjadi mobil nasional baru.

Bahkan mereka sudah memproduksi serta memasarkan sejumlah model. Seperti Esemka Bima juga Garuda 1.

Esemka Bima 1.3

Akan tetapi sampai sekarang nasib pabrikan yang bertempat di Boyolali itu tidak diketahui, apakah masih jalan produksi atau tidak.

Ditambah Esemka sempat digugat oleh seorang warga Solo. Ia merasa dirugikan karena kesulitan membeli calon mobil nasional tersebut.

Selanjutnya Pindad juga disebut sebagai penerus mobil nasional. Akan tetapi mereka masih fokus memproduksi kendaraan-kendaraan militer.

Terakhir di GIIAS 2025, muncul calon mobil listrik nasional baru dengan merek Indigenous Indonesian Car (i2C).

Tampil perdana di depan publik, i2C masih berupa Clay Model skala 1:1. Unit ini dikatakan sebagai gambaran nyata arah kendaraan listrik buatan anak bangsa.