Gaikindo Pede Bersaing dengan Malaysia Soal Penjualan Mobil Baru
Beberapa waktu lalu ramai dikabarkan penjualan mobil baru Indonesia keok dari Malaysia. Hal tersebut terjadi pada kuartal dua 2025.
Kondisi itu ternyata menjadi sorotan banyak pihak. Mengingat selama ini Indonesia menyandang status sebagai raja otomotif di kawasan ASEAN.
Gaikindo pun buka suara mengenai anomali yang sedang terjadi di pasar kendaraan roda empat Asia Tenggara.
“Memang tahun ini angka penjualan jelek karena daya beli masyarakat terus melemah dan lain-lain,” ungkap Jongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo saat dihubungi KatadataOTO pada Selasa (12/08).

Kendati demikian, Jongkie percaya diri penjualan mobil baru di Indonesia bisa segera bangkit dalam waktu dekat.
Sehingga mampu menorehkan hasil apik kembali. Dengan begitu dapat mengantarkan Indonesia jadi raja ASEAN lagi.
“Kita tunggu sampai akhir tahun, apakah kita kalah dengan Malaysia (atau tidak),” tambah Jongkie.
Sekadar mengingatkan, menurut data dari Nikkei Asia pada kuartal dua 2025 Malaysia berhasil membukukan angka penjualan mobil baru sampai 183.366 unit.
Sedangkan di Indonesia pada kuartal kedua tahun ini hanya ada 169.578 unit terniagakan. Bila dilihat angka tersebut terpaut jauh dengan Malaysia.
Meski begitu, angka-angka di atas hanya terjadi sepanjang kuartal dua saja. Sementara bila diakumulasi sejak Januari sampai Juni 2025, Indonesia tetap memimpin.
Menurut data Gaikindo pada semester satu 2025, Indonesia berhasil meniagakan 374.740 unit kendaraan roda empat.
Sementara Negeri Jiran justru lebih rendah dari Indonesia. Sebab hanya berada di level 373.636 unit atau selisih 1.104 kendaraan.
Jadi Indonesia masih mempertahankan posisi sebagai raja otomotif di ASEAN. Namun para manufaktur tidak boleh lengah dan harus bekerja keras buat mendongkrak penjualan di sisa waktu 2025.
Tak Sekadar Pelemahan Daya Beli
Di sisi lain melemahnya penjualan mobil baru di Indonesia pada kuartal dua 2025 bukan disebabkan karena pelemahan daya beli saja.
"Apa yang sedang kita saksikan bukanlah sekadar tren penjualan domestik biasa. Ini adalah sebuah erosi daya saing fundamental industri otomotif Indonesia di tingkat regional ASEAN," kata Yannes Martinus Pasaribu, pakar otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada KatadataOTO pada kesempatan terpisah.

Ia mengungkapkan kalau selama ini Indonesia terlalu mengandalkan kekuatan pasar domestik yang masif.
Akan tetapi ternyata tidak bisa bertahan lama. Terutama ketika pondasi utamanya, yakni kelas menengah di Tanah Air goyah.
Kemudian para pabrikan di dalam negeri masih sibuk dengan perang harga. Sebuah kompetisi yang sangat tidak sehat.
Tak ketinggalan rendahnya komitmen para manufaktur baru buat menanamkan uang atau berinvestasi di Indonesia.
"Bisa jadi kita telah abai dalam membangun ketahanan industri jangka panjang," Yannes menambahkan.
Dengan seluruh fakta di atas, maka tidak heran jika penjualan mobil baru di Indonesia terus menurun dari waktu ke waktu.