Program Insentif Terbukti Dorong Penjualan Mobil Listrik di RI
Meskipun penjualan EV (Electric Vehicle) alias mobil listrik murni saat ini dikalahkan oleh HEV (Hybrid Electric Vehicle), pertumbuhannya diyakini masih bisa berkembang sampai akhir 2025.
Hal itu disebabkan oleh adanya insentif mobil listrik dari pemerintah bagi produsen jika telah memenuhi persyaratan.
Pada 2023, data yang dihimpun AEML (Asosiasi Ekosistem Mobil Listrik) menunjukkan bahwa dari antara 16 model EV ditawarkan ke konsumen, hanya 11 mencatatkan angka penjualan.
Saat itu, market share mobil listrik adalah 1,7 persen. Kemudian penundaan implementasi insentif juga membuat sejumlah konsumen melakukan penundaan pembelian. Mengakibatkan pangsa pasar EV turun ke 1,2 persen.

“Pas (peraturan insentif) keluar, naik nih (pangsa pasar EV). Dari 1,7 persen ke 1,2 persen, (lalu naik) menjadi 2,2 persen,” kata Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI sekaligus Dewan Pembina AEML (Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bahkan kabarnya, berkat aturan itu beberapa manufaktur makin gencar memboyong model baru. Wuling BinguoEV hadir jelang akhir 2023 walaupun banyak pihak menduga produk tersebut baru akan dihadirkan pada 2024 atau 2025.
Tak hanya itu, pemain baru pun mulai berdatangan. Apalagi setelah peraturan baru berlaku yakni insentif impor, di mana manufaktur tetap dapat menerima subsidi meskipun kendaraan masih berstatus CBU (Completely Built Up).
Tetapi regulasi tersebut bersyarat. Sebab manufaktur nantinya harus memproduksi sesuai dengan jumlah yang telah diimpor.
“Masuklah BYD dengan tiga model pertama yaitu Seal, Atto 3 dan Dolphin. (Market share) di 3,3 persen,” kata Rachmat.
Per hari ini, ada 54 model dari keseluruhan 90 produk mobil listrik di bawah Rp 800 jutaan yang berkontribusi menyumbang angka penjualan EV di dalam negeri.
Dia meyakini keberadaan insentif mobil listrik jadi salah satu pemicu utama penjualan EV bisa didongkrak di tengah beragam tantangan.
“Market share sudah 9,6 persen. Dan saya yakin di akhir tahun harusnya bisa lebih dari 10 persen,” kata dia.

Sekarang tantangannya adalah mempertahankan regulasi insentif agar berlaku dalam jangka waktu panjang.
Sebab ketidakpastian regulasi berpeluang membuat penjualan mobil listrik kembali jeblok, karena calon konsumen menunda pembelian.
Sekadar informasi, wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) mobil listrik per Mei 2025 saat ini masih dipimpin model baru BYD Sealion 7.

Merek Cina tetap mendominasi 10 besar. Hanya ada satu manufaktur Korea Selatan yakni Hyundai Ioniq 5 menempati urutan ke-delapan.
Wholesales Mobil Listrik Mei 2025
- BYD Sealion 7, 1.232 unit
- BYD M6, 1.184 unit
- Denza D9, 630 unit
- Chery J6, 580 unit
- Wuling Air ev, 419 unit
- Wuling Cloud EV, 419 unit
- Geely EX5, 377 unit
- Hyundai Ioniq 5 (termasuk 5 N), 226 unit
- Wuling BinguoEV, 204 unit
- BYD Seal, 203 unit
- Total wholesales BEV Mei 2025: 6.331 unit