Masa Depan Mobil Listrik Bekas dengan Second Life Battery

Penurunan harga mobil listrik (electric vehicle/EV) bekas di Indonesia saat ini masih cukup tajam.
Salah satu penyebabnya adalah kekhawatiran konsumen soal biaya penggantian baterai yang bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menilai solusi penting untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memulai program second life battery.
“Baterai EV yang sudah turun kapasitasnya hingga 50–70 persen memang tidak lagi ideal untuk kendaraan, tapi masih sangat berguna untuk penyimpanan energi. Dengan begitu, baterai bekas EV bisa tetap bernilai dan tidak dianggap limbah,” ujar Yannes kepada Kompas.com, belum lama ini.
Ia menambahkan, bila agen pemegang merek (APM) bersama pemerintah dan asosiasi industri otomotif membangun model bisnis second life, maka akan tercipta pasar baru yang menambah daya tawar baterai bekas.
Mobil listrik bekas taksi BYD e6.
Hal ini pada akhirnya bisa memperlambat depresiasi harga EV bekas di Indonesia.
“Dengan adanya pasar second life, masyarakat akan tahu bahwa EV bekas mereka tidak akan kehilangan nilai secara drastis. Dalam 5–10 tahun, harga jual kembali mobil listrik bisa lebih stabil,” katanya.
Selain memberi nilai tambah, konsep second life battery juga mendukung ekonomi sirkular dan transisi menuju energi bersih karena mengurangi potensi limbah baterai.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!