Mobil Listrik Diskon, Harga Mobil Bekas Tertekan!

Penurunan Harga Mobil Bekas Tak Terhindarkan
JAKARTA, KOMPAS.com – Persaingan ketat di pasar mobil listrik telah memberikan dampak besar bagi para pelaku bisnis mobil bekas.
Hampir semua merek mengalami penurunan harga yang signifikan, dipicu oleh strategi diskon besar-besaran dari produsen terhadap model-model baru.
Ilustrasi deretan mobil bekas di Rapih Motor, MGK Kemayoran
Hal ini membuat pedagang kesulitan dalam menjaga nilai jual kembali unit mereka, sehingga mereka terpaksa menjual dengan harga yang merugi.
Kelvin, seorang pedagang mobil bekas dari Auto Prime di WTC Mangga Dua, menjelaskan bahwa pasar saat ini sepi akibat gempuran diskon untuk mobil listrik baru yang telah menekan harga jual kembali. “Sekarang sepi, parah. Kehadiran mobil listrik berpengaruh banget, mau enggak mau jual rugi,” ungkap Kelvin kepada Kompas.com pada Rabu (13/8/2025).
Mobil Bekas Kian Terpuruk
Kelvin melanjutkan, sebelum tren mobil listrik melanda, pasar mobil bekas sudah menunjukkan tanda-tanda pelambatan sejak 2023.
Kehadiran mobil listrik, baginya, semakin membuat penjualan mobil bekas terpuruk. “Model bermesin diesel masih memiliki pasar yang lumayan, seperti Toyota Innova Diesel atau SUV tertentu,” katanya.
Ia berpendapat bahwa mobil listrik yang baru terus didiskon telah menyebabkan tekanan pada harga mobil bekas, termasuk kendaraan dengan mesin konvensional. “Ini saya alami sejak 2023, tapi masih lumayan. Tetapi tahun ini, mobil listrik makin banyak, semakin parah,” tambahnya.
Kelvin mengibaratkan situasi ini dengan pasar ponsel, di mana setiap model baru hadir dengan harga yang lebih murah, sehingga model lama langsung tergerus. “Mobil listrik itu kayak handphone, selalu datang yang baru terus. Dan yang baru ini selalu lebih murah,” tuturnya.
Ilustrasi jual beli mobil bekas di facebook
Kebijakan Perpajakan yang Tidak Seimbang
Fenomena ini semakin diperparah oleh kebijakan perpajakan, seperti bea masuk, PPnBM, dan PPN, yang memungkinkan mobil listrik dijual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan mobil bermesin bensin di kelas yang sama.
Akibatnya, muncul persaingan yang tidak setara. “Saya lihat sih pemerintah juga tidak fair. Kalau mau dikasih murah, ya semuanya. Mobil-mobil yang ada sekarang kan yang mahal itu pajaknya sebenarnya. Listrik kan bisa murah karena pajaknya juga murah,” jelas Kelvin.
Dia menekankan perlunya penyesuaian pajak agar pasar menjadi lebih sehat. “Kalau semuanya disamakan (pajaknya), harganya bersaing sebenarnya. Jadi tidak sehat persaingannya sekarang,” lanjutnya.
Persoalan Garansi Membuat Konsumen Ragu
Ketua Asosiasi Mobil Bekas Indonesia (AMBI), Tjung Subianto, juga mengonfirmasi bahwa harga mobil listrik bekas terus mengalami koreksi.
Ilustrasi mobil bekas di Belanja Mobil
Menurutnya, pabrikan terlalu cepat meluncurkan model baru di berbagai segmen, sehingga harga model lama turun sebelum sempat terjual. “Produsennya menciptakan banyak brand dan tipe di semua segmen. Hampir setiap minggu ada peluncuran baru, dan harga pun turun. Akibatnya, pedagang mobil bekas kesulitan menentukan harga jual,” ujarnya.
Di samping itu, masalah lain muncul ketika garansi mobil listrik sering kali tidak berlaku setelah berpindah tangan, membuat konsumen ragu untuk membeli unit bekas. “Kami beli misalnya Rp 200 juta, belum laku, harganya sudah turun lagi. Ujungnya rugi,” kata Tjung.
Ia menegaskan pentingnya produsen dan pemegang merek mobil listrik untuk menjaga stabilitas harga agar pasar mobil listrik bekas dapat berkembang, baik untuk yang berbasis baterai maupun untuk kendaraan berbahan bakar konvensional (ICE).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!