Fenomena Diskon Ekstrem Mobil Listrik: Bumerang untuk Leasing

Diskon besar-besaran yang terjadi pada mobil listrik di ajang GIIAS 2025 menuai dilema.
Tak hanya bagi konsumen, tetapi juga bagi perusahaan pembiayaan atau leasing.
Strategi potongan harga ekstrem yang dilakukan sejumlah merek otomotif disebut bisa menjadi bumerang dan menyebabkan kerugian pada sisi pembiayaan.
Pasalnya, banyak konsumen yang sebelumnya sudah membeli kendaraan dengan harga normal melalui skema kredit kini merasa dirugikan.
Bahkan, ada yang menolak melanjutkan cicilan karena banderol mobil yang sama kini jauh lebih murah.
Chief Marketing Officer (CMO) Astra Credit Company (ACC) Karawaci, Sergio Saputra, menyebut fenomena ini sebagai pisau bermata dua.
“Ibarat kata, memang kesempatan untuk hilang atau lalai kredit tinggi, tapi kesempatan untuk kita makan lagi, konsumen buat kita kan lebih tinggi lagi. Orang jadi pada bisa beli mobil. Jadi emang pisau bermata dua lah, bias,” ucap Sergio saat ditemui di ICE BSD, Tangerang, Sabtu (2/7/2025).
Modifikasi mobil listrik Rp 100 jutaan Wuling Air ev dan Binguo EV
Menurut Sergio, promo ekstrem yang berlangsung saat ini bersifat khusus dan berlangsung dalam periode terbatas.
Namun, efeknya bisa jangka panjang terhadap kestabilan pasar dan portofolio leasing.
“Kalau untuk kayak sekarang ini kan, apa namanya, khusus ya. Kalau sekarang itu kan promonya murah banget ya, dan mereka (konsumen) pasti bakal pakai yang sekarang,” katanya.
Salah satu tantangan terbesar bagi perusahaan leasing adalah menghadapi konsumen yang mengajukan komplain lantaran melihat harga baru yang jauh lebih murah dari harga cicilan mereka saat ini.
Bahkan, ada potensi konsumen menolak melanjutkan angsuran karena merasa tertipu.
Wuling Binguo EV
Sergio mengatakan, pihak leasing pun sering kali harus "lempar tangan" ke diler sebagai pihak yang menjalankan promo.
"Ini pintar-pintar gimana cara kita untuk ngejelasin konsumen. Kalau saya, pasti saya langsung 'buang' ke pihak diler. Soalnya (masalah harga) kan semua itu di pihak diler. Kalau kita pembeliannya saja,” kata Sergio.
Meski begitu, leasing tetap mencoba memberi solusi jangka panjang agar hubungan dengan konsumen tetap terjaga baik.
Salah satu caranya adalah dengan menawarkan skema tukar tambah jika konsumen sudah menjalani cicilan selama minimal satu tahun dengan track record pembayaran yang lancar.
“Mungkin kalau misalkan dia sudah berjalan satu tahun, kita akan menawarkan solusi. Untuk unitnya kita jual saja, tukar tambah sama yang baru. Kemudian kita akan menawarkan unit dengan harga diskon, memakai angsuran yang baru. Tetapi ada syaratnya, misalkan sudah berlangsung satu tahun, pembayarannya bagus, seperti itu," kata Sergio.
Dirinya juga menekankan pentingnya komunikasi di awal antara pihak leasing dan konsumen, terutama ketika ada potensi risiko perubahan harga.
“Kalau saya sendiri, saat deal dengan konsumen saya jelasin dulu. Misalnya bertanya, ini mobil keberapa, saya kasih tahu konsekuensinya. Di tahap ini sales pasti akan BT, cuma maksudnya, daripada ke depannya bermasalah sama leasing, lebih baik dari awal pastikan," kata Sergio.
Menurut Sergio, fenomena diskon ekstrem ini memang memberikan akses lebih luas bagi masyarakat untuk memiliki kendaraan.
Namun, di sisi lain, perlu ada perhitungan matang agar tidak menimbulkan gejolak pada sisi pembiayaan.
“Tapi, ini kan kita nggak tahu jangka panjangnya kayak gimana ya, pasti akan berpengaruh juga nih untuk leasing, ke depannya seperti apa,” ucap dia.