Efek Domino Penurunan Harga Mobil Listrik di Pasar

Tren penurunan harga mobil listrik bekas mulai terlihat di pasar otomotif, termasuk Wuling Air ev, yang sejak awal peluncurannya menjadi salah satu EV terlaris di Indonesia.
Fenomena ini memunculkan dua sudut pandang berbeda.
Bagi sebagian calon pembeli, harga yang lebih rendah tentu menjadi peluang untuk memiliki mobil listrik dengan biaya yang lebih terjangkau.
Namun, di sisi lain, potensi depresiasi nilai jual kembali tetap menjadi risiko yang patut diperhitungkan.
Neta V-II
“Kalau menurut saya (penurunan harga bekas mobil listrik) peluang (untuk konsumen atau calon pembeli), tetapi tetap ada risikonya. Risikonya kalau jual terlalu lama,” ucap Andi, pemilik showroom mobil bekas Jordy Motor, kepada Kompas.com, Selasa (12/8/2025).
Dengan harga bekas yang kini lebih ramah di kantong, konsumen bisa mendapatkan Air ev yang masih berusia muda dan dalam kondisi baterai yang relatif baik, namun dengan harga jauh di bawah harga baru.
Selain itu, biaya operasional mobil listrik yang lebih murah dibandingkan mobil bermesin bensin tetap menjadi nilai tambah.
Meski begitu, bagi pembeli yang berencana menjual kembali mobil tersebut dalam jangka panjang, terdapat risiko harga jual bekas yang semakin turun di masa depan.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Daniel Libianto dari Victory 88 yang berlokasi di MGK Kemayoran.
Ia mengatakan, perang harga pada mobil listrik memang bisa menguntungkan konsumen.
Namun, pembeli pada akhirnya juga akan dirugikan, karena ketika ingin menjual unit tersebut, mereka akan mengalami penurunan harga yang signifikan.
“Ini efek domino,” kata dia.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!