Perang Harga Mobil Listrik dan Efeknya pada Pasar Mobil Bekas

Meskipun penjualan mobil listrik (EV) baru di Indonesia terus meningkat, kondisi pasar kendaraan listrik bekas masih belum stabil.
Penurunan nilai jual kembali terjadi cukup drastis karena belum adanya acuan harga yang jelas dan stabil.
Fenomena “perang harga” antar produsen, terutama setelah gelaran pameran seperti GIIAS, juga menambah tekanan pada harga EV bekas, membuat sejumlah model mengalami penurunan nilai signifikan dalam waktu singkat.
Menurut Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), faktor utama yang membuat harga EV bekas di Indonesia jatuh adalah mahalnya biaya baterai dan cepatnya perkembangan teknologi baterai.
“Baterai merupakan komponen paling mahal dalam EV, mencapai 30–40 persen dari harga mobil. Seiring pemakaian, kapasitas baterai menurun, dan penggantian baterai bisa mencapai ratusan juta rupiah. Ini sangat mengkhawatirkan para calon pembelinya,” kata Yannes kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
Ia menambahkan, kemajuan teknologi yang begitu cepat membuat EV lama terlihat ketinggalan zaman.
“Belum lagi badai diskon besar-besaran EV kemarin di GIIAS yang membuat pasar EV bekas ini semakin terdisrupsi. Persaingan di pasar mobil listrik yang ketat telah menyebabkan perang harga, yang berdampak pada penurunan harga jual kembali mobil listrik bekas,” ujarnya.
Ilustrasi cek kondisi mobil listrik bekas.
Ia menilai pasar mobil listrik bekas di Indonesia belum cukup stabil. “Intinya, sejauh ini pasar mobil listrik bekas di Indonesia belum terbentuk dengan baik, sehingga masih ada anxiety di masyarakat terkait mobil listrik bekas,” kata Yannes.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!