Penurunan Harga Mobil Baru di Indonesia: Apa Penyebabnya?

penurunan harga mobil, produsen otomotif China, Kemenperin, daya beli masyarakat, Penurunan harga mobil, Penurunan Harga Mobil Baru di Indonesia: Apa Penyebabnya?

Fenomena penurunan harga mobil baru yang digawangi sejumlah produsen otomotif China mulai marak terjadi di pasar dalam negeri sepanjang setahun belakangan.

Penyesuaian harga ini dilakukan untuk menarik minat beli masyarakat di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Berdasarkan catatan redaksi, beberapa merek yang sudah melakukannya di antaranya adalah Neta, MG, Wuling, BAIC, Jetour, hingga Chery.

Sebagai contoh, Neta Indonesia menurunkan harga Neta V dari Rp 317 juta menjadi Rp 299 juta setelah diproduksi secara lokal di fasilitas PT Handal Indonesia Motor (HIM) dengan nama baru, Neta V-II.

penurunan harga mobil, produsen otomotif China, Kemenperin, daya beli masyarakat, Penurunan harga mobil, Penurunan Harga Mobil Baru di Indonesia: Apa Penyebabnya?

MG 4EV mendapat penghargaan sebagai best Crossover pada gelaran PEVS 2025 yang dapat di-test drive pada pagelaran PEVS 2025

MG Motor Indonesia juga memangkas harga MG 4EV dari kisaran Rp 649 juta–Rp 699 juta menjadi Rp 395 juta setelah perakitan lokal di Cikarang, Jawa Barat.

Sementara itu, Chery turut menyesuaikan harga facelift Omoda 5 dan Omoda E5 dengan revisi harga hingga Rp 100 juta.

Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Mahardi Tunggul Wicaksono menilai langkah tersebut masih wajar, selama tidak mengorbankan mutu produk.

"Kalau kita lihat kondisi di Indonesia, di mana daya beli kemungkinan sedang turun, penyesuaian harga ini masuk akal dari sudut pandang bisnis ritel," ujar Mahardi saat ditemui di Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (1/7/2025).

Mahardi menegaskan bahwa penurunan harga tidak boleh diikuti dengan penurunan kualitas kendaraan.

penurunan harga mobil, produsen otomotif China, Kemenperin, daya beli masyarakat, Penurunan harga mobil, Penurunan Harga Mobil Baru di Indonesia: Apa Penyebabnya?

Peluncuran Chery C5 dan Chery E5 oleh PT Chery Sales Indonesia (CSI).

Pemerintah sebagai regulator memastikan setiap kendaraan tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. "Sebab tidak masuk akal juga kalau mereka mengeluarkan produk yang di atas kemampuan daya beli masyarakat saat ini. Jadi, memang harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi kita sekarang," kata dia. "Selama kualitasnya tetap memenuhi standar yang ada, karena kita sebagai regulator menciptakan standar-standarnya, itu concern kami," lanjut Mahardi.

Ia juga berharap tren penyesuaian harga ini diikuti dengan peningkatan kandungan lokal melalui investasi fasilitas produksi di dalam negeri.

Langkah tersebut dinilai dapat mendukung pertumbuhan industri otomotif nasional sekaligus memberi pilihan kendaraan yang lebih terjangkau bagi konsumen.

Sebagai catatan, kondisi perang harga di pasar otomotif China kini semakin memanas dan patut menjadi perhatian.

Persaingan ketat di sana membuat produsen besar seperti BYD terpaksa memangkas harga hingga di bawah biaya produksi.

penurunan harga mobil, produsen otomotif China, Kemenperin, daya beli masyarakat, Penurunan harga mobil, Penurunan Harga Mobil Baru di Indonesia: Apa Penyebabnya?

Ilustrasi pabrik mobil

Model termurah BYD, Seagull, kini dijual sekitar Rp 125 juta dari sebelumnya hampir Rp 140 juta.

besaran ini memicu kekhawatiran akan ketidakseimbangan pasar dan menekan harga saham sejumlah merek otomotif di bursa.

Managing Director Sino Auto Insights, Tu Le, menyebut langkah BYD menjadi sinyal bahwa persaingan di pasar China sudah mencapai titik kritis.

Chairman Great Wall Motors, Wei Jianjun, bahkan menilai persaingan harga yang ekstrem membuat kondisi industri otomotif di China tidak lagi sehat.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah berharap penyesuaian harga di Indonesia tetap terkendali dan tidak memicu perang harga yang bisa merusak ekosistem industri di dalam negeri.

"Saya sebenarnya kurang paham apa yang terjadi di China. Tetapi kalau kita melihat kondisi di Indonesia, penyesuaian harga ini masuk akal. Yang penting tadi, secara kualitas tetap memenuhi standar yang sudah ada," kata Mahardi.