Candra Darusman Satukan Musik dan Literasi Lewat Hal Ini

Candra Darusman (kanan).
Candra Darusman (kanan).

 Musisi sekaligus pemikir Candra Darusman kembali menghadirkan karya terbaru. Kali ini ia meluncurkan dua medium sekaligus: sebuah lagu berjudul Salah Sendiri dan buku bertajuk Invisible Cycle: Memantik Inovasi dan Kreasi untuk Kemajuan.

Kedua karya ini diluncurkan bersama Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Candra menekankan bahwa musik dan literasi menjadi jalan untuk menyampaikan kepedulian terhadap kondisi bangsa sekaligus menyalakan harapan akan masa depan Indonesia. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Lagu Salah Sendiri lahir dari refleksi pribadi Candra Darusman mengenai kondisi bangsa.

“Syairnya berisi pandangan kritis namun santun, doa harapan serta ajakan untuk perubahan,” jelas Candra, dalam keterangannya, dikutip Sabtu 23 Agustus 2025.

Yang membuat lagu ini istimewa adalah kolaborasi lintas negara, generasi, dan genre musik. Musisi pop, dangdut, hingga jazz tampil berdampingan dengan musisi muda maupun senior.

Partisipasi penyanyi asal Sri Lanka, Umaria, yang juga memiliki darah keturunan Indonesia, menjadi sorotan utama. Keterlibatan Umaria sendiri merupakan hasil inisiatif bersama Duta Besar RI untuk Sri Lanka, Dewi Tobing, serta Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Prof. Jayanath Colombage. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat pertukaran budaya dan diplomasi kreatif melalui musik.

Tak hanya lewat musik, Candra juga menyapa generasi muda melalui buku Invisible Cycle yang ditulis bersama Agung Setiyo Wibowo. Buku ini menyasar generasi 1997–2012 yang dipandang sebagai tulang punggung kemajuan menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam buku ini, Candra dan Agung memperkenalkan dua konsep kunci. Pertama, inovasi. Proses membawa invensi teknologi kepada pengguna, pasar, dan industri. Proses ini memerlukan strategi terencana, analisis efektif, pemetaan peluang, dan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kedua, kreasi. Berakar pada ide dan penciptaan karya seni orisinal yang memberi dampak nyata bagi kehidupan sosial.

Kedua konsep tersebut disebut sebagai roda tak kasat mata (invisible cycles) yang harus terus berputar demi kemakmuran bangsa.

Invisible Cycle tidak berhenti pada konsep, tetapi menawarkan langkah konkret untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui empat tahapan strategis, melingkupi penciptaan yang melibatkan akademisi, industri, dan seniman. Perlindungan, tanggung jawab pemerintah melalui regulasi. Pemasaran, peran penting sektor bisnis dan BUMN. Penjualan, penerimaan masyarakat yang kemudian membuka siklus penciptaan baru.