Tiang Janur Pernikahan Luna Maya, Apa Itu Penjor dan Maknanya Bagi Umat Hindu di Bali?

Dekorasi anyaman dan penjor menjadi perhatian selama akad nikah pasangan Luna Maya dan Maxime Bouttier berlangsung di Bali pada Rabu (7/5/2025).
Meski berdarah blasteran Indonesia-Eropa, keduanya kompak memilih adat tradisional sebagai tema pernikahan. Mulai dari menggelar acara siraman, pemilihan riasan, hingga dekorasi.
Termasuk pemilihan dekorasi tiang janur berbentuk lengkungan dengan detail mewah yang tampak menjulang di area belakang meja akad nikah Luna dan Maxime.
Bagi masyarakat Bali, khususnya umat Hindu, dekorasi tiang janur yang dikenal dengan nama penjor tersebut sudah tidak asing.
Apa itu penjor?
Penjor merupakan tiang bambu tinggi yang melengkung di bagian ujungnya dan dibuat dari janur, kain kuning atau putih, serta hasil bumi seperti pisang, padi, dan umbi-umbian.
Penjor dibuat setinggi 10 meter yang menggambarkan sebuah gunung tertinggi, dikutip dari laman Kementerian Agama RI.
Umumnya, penjor berwarna putih dan kuning, ditambah dengan warna-warni dari kue dan hasil bumi yang mencolok.
Jenis penjor
Ada dua jenis penjor berdasarkan jenis acaranya, yakni Penjor Upacara dan Penjor Pepenjoran. Penjor Upacara digunakan untuk keperluan acara keagamaan, seperti Kuningan, Galungan, maupun Odalan.

Dekorasi pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier sukses menarik perhatian dan mendapat pujian publik karena memilih dekorasi bernuansa alam yang unik, elegan, dan istimewa dengan nuansa putih dan hijau.
Sementara Penjor Pepenjoran biasanya dipasang sebagai dekorasi dalam acara non-keagamaan, dilengkapi dengan hiasan artistik tanpa kesan spiritual.
Penjor biasanya dipasang berjejer di pinggir jalan selama acara hari besar di Bali. Dekorasi menambah daya tarik visual bagi wisatawan saat berkunjung ke Pulau Dewata.
Adapun di Bali, dekorasi seperti penjor juga dikenal luas dan biasanya disebut sebagai janur untuk penanda lokasi acara pernikahan, sekaligus sebagai penunjuk arah daripada sarana upacara sakral.
Makna penjor di Bali
Secara simbolik, penjor merupakan lambang Gunung Agung, yang dianggap sebagai tempat tinggal para dewa.
Suasana di Simpang Tugu Ngurah Rai, Kuta, Badung, setelah dipasang penjor menjelang puncak KTT G20 pada 15-16 November 2022. Kompas.com/ Yohanes Valdi Seriang Ginta
Penjor upacara umumnya dipasang tepat pada hari Penampahan Galungan, setelah pukul 12 siang waktu setempat.
Pemilihan waktu tersebut memiliki makna manusia berperang melawan pikiran yang kotor, berperang melawan sifat negatif, dan sifat ego saat hari raya Penampahan Galungan.
Setelah berhasil memenangkan perperangan melawan pikiran serta sifat-sifat tersebut, penjor dipasang sebagai simbol kemenangan.
Penjor bambu yang dilengkapi tempat sesajen merupakan simbol penghormatan dan perwujudan Naga Basuki, Naga Anantabhoga, dan Naga Taksaka, yang terus menerus menjaga kesempurnaan siklus air di jagat raya.
Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, melalui persembahan sesajen, para naga yang sesungguhnya perwujudan para dewata, akan terus menjaga harmoni siklus air, sehingga tetap terjaminnya kemakmuran semua makhluk di jagat raya.
Secara umum, penjor upacara memiliki makna kekuatan Tuhan. Misalnya, usur bambu yang merupakan simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi, serta simbol kekuatan Hyang Brahma.
Arti penjor sebagai rasa syukur dan kemakmuran biasanya ditujukan pada Hari Raya Galungan yang dimaknai sebagai kemenangan umat manusia dalam mengendalikan dirinya dari godaan hawa nafsu duniawi.
Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, setiap unsur dalam penjor melambangkan simbol-simbol suci yang berbeda.
- Bambu (tiang), simbol kekuatan Dewa Maheswara
- Kain putih dan kuning, simbol kekuatan Dewa Iswara Sampian dan simbol kekuatan Dewa Parama Siwa
- Janur, simbol kekuatan Dewa Mahadewa
- Kue, simbol kekuatan Dewa Brahma
- Kelapa, simbol kekuatan Dewa Rudra
- Pala bungkah dan pala gantung, simbol kekuatan Dewa Wisnu
- Tebu yang digunakan dalam penjor, simbol kekuatan Dewa Sambu
- Plawa, simbol kekuatan Dewa Sangkara
- Sanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa Siwa
- Lamak, simbol Tribhuana
- Banten Upakara, simbol kekuatan Dewa Sadha Siwa
- Klukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa Boga
- Ubag-abig, simbol Rare Angon
- Hiasan cili, gegantungan, simbol widyadari
- Tamiang, simbol penolak bala atau kejahatan