Mendaki Gunung: Perlengkapan Wajib Dibawa dan Jenis Komunikasi Darurat

Rentetan daftar kecelakaan pendaki Gunung Rinjani menyisakan pelajaran bagi para calon pendaki Rinjani maupun gunung lain di Indonesia.
Sebanyak empat insiden pendaki jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat selama satu bulan belakangan.
Artinya, rentetan kabar menyedihkan dari Gunung Rinjani terjadi hanya berselang setelah dua bulan pendakian gunung tertinggi kedua di Indonesia ini kembali dibuka.
Salah satu penyebab kecelakaan pendakian di Gunung yang mencuat yaitu saat ditinggal pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26) oleh pemandunya.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman, pendaki yang kelelahan seharusnya tidak boleh ditinggalkan sendirian.
"Secara prinsip buddy system, tidak boleh meninggalkan teman atau anggota tim pendakian sendiri," kata Rahman, dilaporkan Kompas.com, Kamis (26/6/2025).
Buddy system merupakan sistem setiap setiap pendaki memiliki rekan yang selalu bersama-sama, menjaga, dan membantu selama pendakian.
Keberadaan buddy system membantu pendaki tak akan mendaki sendirian dan bisa saling mengawasi, berbagi beban, serta memberikan pertolongan pertama jika diperlukan.
Selanjutnya, bagi pendaki yang merasa tidak mampu secara fisik dan mental, sebaiknya tidak memaksakan diri melanjutkan pendakian ke puncak.
Para pendaki juga mesti mengetahui cara mengirim sinyal darurat saat berada di gunung. Cara pertama yang bisa dilakukan adalah mengirimkan sinyal SOS.
"Menggunakan kode morse, SOS, dapat dikirimkan dengan cahaya lampu dengan pola tiga titik, tiga garis, tiga titik (. . . _ _ _ . . .)" ujar Rahman.
Cara kedua ialah menggunakan cahaya lampu atau senter dengan menyalakan-mematikan lampu secara berulang untuk mengirimkan sinyal bantuan.
Selanjutnya, apabila pendaki mengalami kecelakaan, bisa memanfaatkan cahaya lampu atau senter dengan mengirimkan pesan visual seperti menggunakan kode tertentu atau pola cahaya.
Bukan hanya cara mengirim sinyal dan kebugaran fisik, penting juga bagi calon pendaki menyiapkan perlengkapan yang memadai demi menghindari kecelakaan di jalur ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Simak beberapa perlengkapan pendakian wajib untuk jalur ekstrem yang disarankan oleh Rahman berikut ini.
- Pakaian pendakian dengan sistem layering (lapisan) yang baik inner-outer-nya (kaos berbahan dryfit lengan panjang/baselayer)
- Jaket hangat softshel (polar/jaket bulu/berbulu)
- Jaket hardshell (anti air, anti angin)
- Celana lapangan panjang dryfit (tanpa jeans) + celana hardshell (waterproof/windbreaker)
- Sepatu trekking
- Pengembara
- Lampu depan
- Tongkat pendakian
- Ransel
- Botol air minum (sekitar tiga liter)
- Makanan (roti buah, cokelat, biskuit, dan sebagainya)
- Peralatan P3K dan obat-obatan umum
- Topi atau topi lipat
- Buff
- Tali anyaman
- Selimut darurat
- Perlengkapan bertahan hidup
- Kacamata hitam dan pelindung matahari (pelembap bibir, tabir surya)
- Alat komunikasi (HT)
- Alat navigasi (GPS atau aplikasi navigasi digital)