Visinema Garap Film Epik 'Perang Jawa', Direncanakan Rilis pada 2027

VISINEMA menggarap proyek film ambisius mereka bertajuk Perang Jawa. Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini direncanakan dirilis pada 2027. Film Perang Jawa merupakan film epik perang Asia Tenggara, tepatnya kisah perang lima tahun yang dilancarkan Pangeran Diponegoro dari Jawa melawan penjajahan Belanda antara tahun 1825 dan 1830. Perang itu merenggut nyawa lebih dari 200 ribu orang dan mendorong koloni Belanda ke ambang kehancuran. Pengumuman penggarapan film ini datang hanya sehari setelah peringatan 200 tahun dimulainya konflik tersebut pada 20 Juli 1825. Sebagai proyek paling ambisius Visinema, film ini diproduseri Gita Wirjawan sebagai produser eksekutif, Taufan Adryan bertindak sebagai produser dan pengembangan film, sedangkan penulis naskah film ini ialah Ifan Ismail, berkolaborasi dengan cendekiawan terkemuka Diponegoro Peter Carey, penulis The Power of Prophecy: Prince Diponegoro and the End of an Old Order in Java, 1785–1855. Semangat menggarap cerita sejarah ini merupakan upaya memotret perjuangan Diponegoro yang menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia dan perlawanan mereka terhadap penjajahan Belanda.
Angga mengatakan ia menggarap proyek Perang Jawa untuk mencoba menciptakan pengalaman sinematik yang berakar pada kawasan dan beresonansi secara global, yang memperkenalkan warisan perlawanan, mitologi, dan perhitungan moral Asia Tenggara kepada audien global.
"Dengan Perang Jawa, kami membangun sesuatu yang belum pernah kami coba sebelumnya, sebuah epik perang yang berakar di Asia Tenggara, digarap dengan skala dan intensitas sinematik epik global," ujar Angga dikutip Deadline, Senin (21/7).
Angga mengatakan, penceritaan visual bisa menciptakan pengalaman yang mendalam. Tujuannya ialah membuat penonton merasakan beratnya perang Jawa. Mulai dari atmosfernya, kekacauannya, dan taruhan spiritualnya lewat pendekatan kacamata khas Asia Tenggara.
Sementara itu, Gita Wirjawan mengatakan Diponegoro bertaruh bukan untuk kepentingan pribadinya, melainkan demi rasa hormat, identitas, keyakinan, warisan, dan kedaulatan yang menjadikan kisah ini abadi. "Warisannya merupakan salah satu yang paling kuat, kurang terwakili, dan kurang dihargai di kawasan ini. Sinema memberi kita skala, emosi, dan bahasa untuk menghidupkannya, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk kawasan ini dan dunia," kata dia.
Angga mengatakan harapannya lewat Perang Jawa. Dia berharap karyanya ini bisa menyumbangkan sesuatu yang baru: sebuah epik perang regional yang mengangkat nilai-nilai, sejarah, dan semangat dan bisa diterima oleh audien yang lebih luas.(Tka)