Diponegoro Hero, Film AI Pertama di Indonesia Angkat 200 Tahun Perang Jawa

Produser King Bagus dan CEO Mars Media, Koni.
Produser King Bagus dan CEO Mars Media, Koni.

 Film bertema pahlawan nasional Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa mencatat sejarah sebagai film pertama di Indonesia yang seluruh proses produksinya, mulai dari visual hingga narasi, sepenuhnya dikerjakan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Produser film, King Bagus, mengungkapkan bahwa momentum 200 tahun Perang Jawa menjadi inspirasi utama di balik proyek ini. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

“AI membantu kami menghadirkan dunia masa lalu dengan akurasi historis yang sulit dicapai sebelumnya,” ujar King Bagus di Cinepolis Senayan Park, Jakarta, baru-baru ini.

Film berdurasi 30 menit ini memadukan detail visual dan narasi yang memukau untuk menghidupkan kembali kisah heroik Pangeran Diponegoro bagi generasi muda.

Proses produksi memanfaatkan AI untuk merekonstruksi suasana kota, medan perang, hingga karakter tokoh sejarah tanpa memerlukan aktor maupun set fisik. Teknologi ini membuat pembuatan visual realistis lebih cepat, efisien, dan tetap autentik secara historis.

CEO Mars Media, Koni, menilai teknologi AI membuka peluang besar di industri film. Menurutnya, AI memungkinkan kreator menciptakan karya edukatif dan inovatif, sekaligus mempermudah pembuatan adegan epik yang sulit diwujudkan dengan metode tradisional.

Sambutan publik terbilang luar biasa. Sebanyak 1.205 tiket premiere habis terjual hanya dalam sehari. Tak hanya itu, film ini juga bisa ditonton gratis melalui platform usky.ai, sehingga lebih banyak orang dapat mengakses konten sejarah dan edukasi dengan mudah.

Beberapa penonton bahkan mengusulkan agar film ini diputar di Istana Negara pada 17 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan HUT ke-80 RI.

Menanggapi respons positif, Koni berencana memperpanjang durasi Diponegoro Hero menjadi satu jam. Pihaknya juga tengah mempersiapkan lebih banyak film edukasi berbasis AI yang mengangkat kisah pahlawan nasional lainnya.

“Teknologi ini membuka jalan baru untuk menghidupkan sejarah dengan cara yang lebih imersif dan menjangkau generasi masa kini,” ujar Koni.