IdeaFest 2025 Usung Tema '(Cult)ivate The Culture', Dorong Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

IdeaFest 2025 Usung Tema '(Cult)ivate The Culture', Dorong Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

IDEAFEST kembali lagi menyatukan ide-ide para penggiat industri kreatif di Indonesia di 2025 ini. Gelaran tahun ini membawa tema (Cult)ivate The Culture yang berlangsung 31 Oktober hingga 2 November 2025 di Jakarta Convention Center (JCC).

Kehadiran kegiatan Idea Fest memperkuat posisinya untuk memberi sorotan dan energi bagi para pelaku industri kreatif dalam menampilkan ide-ide inovatif yang mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif nasional.

Co-Chair IdeaFest Desy Bachir mengatakan pihaknya mengusung tema (Cult)ivate The Culture yang notabene menekankan pada aspek budaya. Menurut Desy, kebudayaan punya andil besar dalam menguatkan perekonomian negara. "Kami percaya ekonomi kreatif ditenagai budaya. Indonesia, kalau menurut UNESCO, merupakan negara nomor dua dengan keberagaman budaya paling kaya di dunia," kata dia di XXI Plaza Indonesia, Rabu (23/7). Desy mengatakan dengan bekal budaya yang melimpah itu, tentu Indonesia bisa jadi negara berdaya lewat penguatan ekonomi kreatifnya.

Desi mengatakan selama ini hubungan ekonomi kreatif dan budaya sendiri sudah banyak dikaji dan terbukti keduanya memiliki keterikatan yang sangat kuat. "Kalau kita lihat di subsektor kreatif ekonomi itu kebanyakan berdasarkan budaya. Kemudian ada juga laporan dari UN yang menyatakan suatu negara itu yang budaya kuat, itu akan menambah dari creative goods-nya," katanya.

Oleh karena itulah, kata Desi, IdeaFest dengan tema (Cult)ivate The Culture, Cult dimaknai kebudayaan itu dalam dua arti, yakni memanfaatkan budaya dan bagaimana budaya itu lestari karena memikili orang-orang yang gemar berbudaya.

"Cult-nya ada dalam tanda kurung, kemudian cultivate-nya jadi ada double meaning juga," katanya.

Dari penjelasan Desy, ia menkankan konteks kebudayaan yang dirayakan ini memiliki siklus yang terikat, dengan dampaknya terasa pada berbagai hal, termasuk kebudayaan itu sendiri.

"Bagaimana kita memanen kebudayaan kita ini, yang kedua ialah cult-nya itu sendiri, bagaimana kami ingin sekali budaya Indonesia ini juga menjadi punya fandom-nya sendiri," katanya.

Desi menjelaskan budaya meiliki spektrum yang luas. Ada yang menganggao budaya terikat dengan hal-hal yang kuno, hal-hal yang lama, warisan. Namun, budaya bagi IdeaFest, kata Desy, bukan cuman warisan, melainkan juga sesuatu yang hidup, hal yang kolektif yakni people of ideas. "Kita semua di sini bisa berkontribusi terhadapnya dan bisa menjadikan budaya itu sendiri sebagai basis dari ekonomi kreatif Indonesia yang makin lama kami harapkan makin berkembang," katanya.

Desy menjamin gelaran IdeaFest tahun ini yang menilik soal kebudayaan akan begitu menarik. Pasalnya, kata Desy, mereka mengundang berbagai pembicara praktisi dan penggiat aktivitas budaya itu sendiri. "Kami membawa para brain trust. Nah, dengan representasi brain trust yang beragam, yang bentuknya ada di budaya masing-masing, dan tentunya autenthic in their own field, di berbagai bidang," katanya.

Para brain trust diharap menjadi representasi dari budaya, cara pandang budaya dalam bidang masing-masing. Laiknya makna '(Cult)' dalam tema IdeaFest 2025.

"Karena kayak itu tadi, budaya enggak hanya satu, budaya ada banyak ragamnya, ada banyak pengejauhan tahannya, kemudian ada banyak trennya juga, ada banyak pergeserannya juga. Nah, kami harapkan itu dari diskusi kami," katanya.(Tka)

Sumber Foto: Merahputih.com/Tika Ayu

Para narasumber (kiri-kanan) Founder of In Our Twenties Jihan Amirah, Co-Chair IdeaFest 2025 Desy Bachir dan Ben Soebiakto, Pelatih Kebugaran APKIJansen Ongko di kick off IdeaFest "(Cult)ivate The Culture" di XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/7)