Anak Males Sekoah Usai Long Weekend? Begini Taktiknya Biar Mau Sekolah Tanpa Drama!

Ilustrasi ibu dan anak, 1. Kenali Gejala “School Scaries”, 2. Buat Countdown Menuju Sekolah, 3. Ciptakan Hal Positif yang Ditunggu di Sekolah, 4. Kembalikan Rutinitas Secara Bertahap, 5. Atur Playdate atau Reuni Teman, 6. Rayakan Kembali Memulai Sekolah, 7. Buat “Worry Box”, 8. Validasi Emosi Anak, 9. Dorong Aktivitas Fisik Ringan
Ilustrasi ibu dan anak

17 Agustus, seluruh Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Suasana meriah dengan lomba, karnaval, hingga libur bersama membuat banyak keluarga menikmati long weekend penuh keseruan. Namun, ada satu “drama” yang hampir selalu muncul setelah libur panjang long weekend 17-an kemarin yakni anak malas kembali ke sekolah.

Banyak orang tua akan mengalami besok pagi terasa berat. Anak bangun dengan wajah lesu, enggan berangkat, bahkan ada yang sampai menangis atau mengeluh sakit perut sebagai alasan. Sebenarnya, hal ini bukan sekadar soal kedisiplinan, melainkan juga berkaitan dengan emosi dan transisi rutinitas.

Psikolog klinis Dr. Ashley Junghans-Rutelonis, PhD, dalam artikel Parents.com menjelaskan, berpindah dari masa liburan kembali ke rutinitas itu sulit untuk semua usia… anak-anak biasanya mengalami ‘rasa takut sekolah’ di akhir liburan.

Artinya, kembali ke sekolah setelah liburan memang menimbulkan rasa cemas, malas, atau enggan pada anak dan itu wajar. Yang terpenting, orang tua perlu memahami dan menyiapkan strategi agar anak bisa melewati masa transisi ini dengan lebih ringan.

Mengapa Anak Malas Sekolah Setelah Long Weekend?

Ada beberapa faktor yang membuat anak sulit kembali semangat setelah libur panjang:

  1. Perubahan rutinitas drastis. Saat libur, anak terbiasa bangun siang, bermain bebas, atau menonton TV tanpa batas. Saat sekolah dimulai lagi, ritme ketat terasa seperti “beban berat”.
  2. Jiwa liburan yang masih melekat. Anak masih terbawa suasana menyenangkan, sehingga sekolah terasa kontras.
  3. Kebutuhan emosional. Menurut psikolog anak, anak-anak butuh rasa aman dan stabil. Perubahan mendadak dari libur ke sekolah bisa memicu kecemasan.

Strategi dari Ahli: Membantu Anak Hadapi “School Scaries”

Dr. Junghans-Rutelonis menawarkan beberapa cara praktis yang bisa diterapkan orang tua untuk menghadapi masa transisi ini. Berikut adalah strategi lengkap yang bisa dicoba:

1. Kenali Gejala “School Scaries”

Pertama, penting bagi orang tua mengenali tanda-tanda anak enggan sekolah  menunda-nunda, malas sarapan, merengek, atau bahkan mencari alasan sakit. Dengan memahami bahwa ini bentuk adaptasi, orang tua bisa lebih sabar dan tidak langsung marah.

2. Buat Countdown Menuju Sekolah

Libur panjang bisa dipotong dengan cara menyenangkan dengan buat kalender kecil dan ajak anak menandai hari menuju sekolah. Dengan begitu, anak tidak “kaget” karena sudah punya ekspektasi bahwa sekolah akan segera dimulai.

3. Ciptakan Hal Positif yang Ditunggu di Sekolah

Alih-alih menekankan kewajiban, fokuslah pada hal menyenangkan. Misalnya, “Besok kamu bisa cerita ke teman tentang lomba 17-an,” atau “Ada pelajaran favoritmu yang pasti seru.” Fokus pada hal positif bisa membantu anak lebih antusias.

4. Kembalikan Rutinitas Secara Bertahap

Salah satu trik efektif adalah mengatur jam tidur. Jangan tunggu malam sebelum sekolah baru tidur cepat. Lakukan beberapa hari sebelumnya: tidur lebih awal 15–30 menit setiap hari, hingga kembali normal. Siapkan juga seragam dan tas di malam hari agar pagi lebih tenang.

5. Atur Playdate atau Reuni Teman

Anak lebih semangat sekolah jika tahu akan bertemu teman-temannya. Sebelum sekolah dimulai, ajak anak bertemu atau bermain dengan teman sekelas. Dengan begitu, perasaan rindu teman mengalahkan rasa malas.

6. Rayakan Kembali Memulai Sekolah

Buatlah “first day back” terasa spesial. Bisa dengan sarapan favorit, foto di pagi hari, atau janji aktivitas seru sepulang sekolah. Anak akan mengasosiasikan kembali ke sekolah sebagai momen positif, bukan beban.

7. Buat “Worry Box”

Kadang anak punya kecemasan yang tidak diungkapkan. Ajak anak menulis atau menggambar kekhawatirannya, lalu masukkan ke kotak khusus. Ritual ini membantu anak “melepaskan” beban emosional. Orang tua bisa ikut menulis, lalu membahasnya dengan santai.

8. Validasi Emosi Anak

Saat anak merengek, hindari kalimat menyalahkan seperti “Masa libur panjang aja masih ngeluh?” Sebaliknya, gunakan kalimat yang menenangkan “Aku tahu kamu masih ingin libur, itu wajar kok. Tapi sekolah juga punya hal seru lho.” Validasi membuat anak merasa dipahami, bukan dipaksa.

9. Dorong Aktivitas Fisik Ringan

Olahraga kecil seperti lompat tali, jalan pagi, atau main bola sebelum berangkat bisa meningkatkan mood anak. Aktivitas fisik terbukti membantu mengurangi rasa lesu dan membuat tubuh lebih segar menghadapi sekolah.