Alasan Teknis Mengapa Boeing 777 Tidak Dibekali Winglet Seperti Pesawat Lain

Boeing 777 dikenal sebagai salah satu pesawat widebody paling populer di dunia, dengan reputasi sebagai andalan maskapai untuk penerbangan jarak jauh.
Namun ada satu hal unik yang membuat pesawat ini berbeda dengan banyak pesawat lain di kelasnya, yaitu tidak adanya winglet di ujung sayapnya. Padahal, jika melihat desain pesawat modern, winglet sering dianggap sebagai fitur wajib untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Mengapa Boeing memilih jalur berbeda dengan tidak menggunakan winglet pada 777? Jawabannya terletak pada keputusan desain yang sangat cermat.
Boeing menggantikan winglet dengan raked wingtips, yaitu ujung sayap yang dibuat melengkung ke belakang.

Qatar Airways Boeing 777X
Desain ini memberi keuntungan aerodinamika yang mirip dengan winglet, bahkan lebih efisien untuk pesawat berbadan lebar jarak jauh, sambil tetap menjaga fleksibilitas operasi di bandara yang sudah ada.
Untuk memahami alasan Boeing 777 dibangun tanpa winglet, mari kita bedah lebih dalam melalui poin-poin berikut ini.
Perbedaan Winglet dan Raked Wingtips
Winglet merupakan ekstensi sayap yang menjulang ke atas dan berfungsi mengurangi vorteks udara di ujung sayap, sehingga drag berkurang dan konsumsi bahan bakar lebih hemat.
Sementara itu, raked wingtips adalah desain di mana ujung sayap dibuat melengkung ke belakang dengan sudut tertentu.
Fungsinya sama, yaitu menekan drag dan meningkatkan efisiensi, namun tanpa menambah tinggi atau lebar pesawat secara signifikan.
Pertimbangan Aerodinamika
Boeing 777 dirancang untuk penerbangan jarak jauh dengan kebutuhan efisiensi maksimal. Dengan raked wingtips, pesawat bisa mendapatkan performa aerodinamika yang lebih baik dibandingkan winglet tradisional.
Selain itu, desain ini meningkatkan rasio aspek sayap sehingga daya angkat meningkat tanpa menambah beban struktural yang berlebihan.
Faktor Ukuran dan Batasan Bandara
Salah satu alasan utama Boeing tidak memasang winglet pada 777 adalah karena keterbatasan kategori lebar sayap berdasarkan aturan ICAO. Boeing 777-200LR dan 777-300ER memiliki bentang sayap 64,8 meter, tepat di bawah batas kategori Code E (maksimal 65 meter).
Jika winglet ditambahkan, bentang sayap akan melewati batas tersebut dan masuk ke Code F, setara dengan Airbus A380 dan Boeing 747. Konsekuensinya, pesawat harus ditempatkan di gate khusus dengan infrastruktur berbeda, yang tentu membatasi fleksibilitas maskapai.
Efisiensi Operasional dan Biaya
Menggunakan winglet akan menambah bobot dan kompleksitas desain. Sebaliknya, raked wingtips menawarkan keuntungan efisiensi bahan bakar tanpa tambahan beban yang besar. Dalam operasional, ini berarti maskapai bisa menghemat biaya jangka panjang sambil tetap menjaga jangkauan terbang yang jauh, sesuai tujuan utama 777 sebagai pesawat long haul.
Evolusi di Boeing 777X
Generasi terbaru Boeing 777X hadir dengan inovasi lipatan ujung sayap (folding wingtips). Saat terbang, bentang sayap mencapai 71 meter untuk efisiensi maksimal, namun ketika di darat, ujung sayap bisa dilipat sehingga panjangnya kembali ke 64,8 meter.
Dengan cara ini, pesawat tetap masuk kategori Code E dan bisa menggunakan gate yang sama dengan Boeing 787 atau Airbus A330. Teknologi ini membuat 777X menjadi pesawat pertama di dunia dengan sayap lipat yang digunakan untuk penerbangan komersial.
Pesawat Lain yang Tidak Menggunakan Winglet
Boeing bukan satu-satunya produsen yang memilih raked wingtips ketimbang winglet. Boeing 787 Dreamliner juga didesain tanpa winglet, sementara Boeing 747-8 mengganti winglet klasik 747-400 dengan raked wingtips untuk efisiensi yang lebih baik.
Keputusan Boeing Bangun 777 Tanpa Winglet
Keputusan Boeing membangun 777 tanpa winglet bukanlah kekurangan, melainkan strategi desain yang matang. Raked wingtips memberikan efisiensi bahan bakar, menjaga fleksibilitas operasi di bandara, serta menghindari biaya tambahan akibat batasan kategori sayap.
Dengan hadirnya 777X yang membawa teknologi lipatan sayap, Boeing semakin menegaskan bahwa inovasi tidak selalu berarti mengikuti tren, tetapi mencari solusi terbaik sesuai kebutuhan operasional maskapai.