Survei Sebut 70 Persen Pekerja Sudah Siap Hadapi PHK

Ilustrasi stres kerja.
Ilustrasi stres kerja.

 Di tengah ketidakpastian ekonomi global, isu pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menghantui banyak pekerja. Berita tentang gelombang PHK massal terus menghiasi media dalam beberapa tahun terakhir. 

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada mereka yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menimbulkan rasa cemas bagi karyawan yang masih bekerja. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan membuat banyak orang mulai mengambil langkah antisipatif agar tetap bisa bertahan secara finansial jika benar-benar menghadapi situasi tersebut.

Survei terbaru yang dilakukan MarketWatch Guides dikutip Selasa, 26 Agustus 2025, mengungkapkan betapa seriusnya kekhawatiran pekerja terhadap ancaman PHK. Hasil survei menunjukkan bahwa 7 dari 10 pekerja, atau sekitar 70 persen, sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan kehilangan pekerjaan. 

Fakta ini mencerminkan tingginya tingkat kecemasan yang dialami tenaga kerja, terutama generasi muda seperti Gen Z dan milenial. Menariknya, rasa cemas tersebut tidak hanya dipicu oleh kondisi ekonomi, tetapi juga oleh perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang dianggap bisa menggantikan banyak peran manusia.

MarketWatch Guides sendiri mensurvei 1.000 pekerja dewasa di AS (tidak termasuk pekerja lepas). Dari survei tersebut, mayoritas responden mengaku sudah melakukan berbagai persiapan menghadapi PHK. 

Sebanyak 40 persen pekerja mengaku meningkatkan jumlah tabungan mereka untuk berjaga-jaga, sementara 32 persen rutin mencari lowongan pekerjaan baru. Bahkan, 24 persen sudah mulai mengirimkan lamaran ke perusahaan lain sebagai langkah antisipasi.

Generasi Z tercatat sebagai kelompok yang paling cemas menghadapi ancaman PHK. Sebanyak 57 persen dari mereka merasa berpotensi kehilangan pekerjaan, dan 88 persen di antaranya sudah menyiapkan strategi untuk menghadapinya. 

Sebaliknya, hanya 16 persen pekerja generasi baby boomer yang merasa khawatir. Data ini memperlihatkan adanya perbedaan sudut pandang antar-generasi terkait rasa aman dalam bekerja.

Ilustrasi kelelahan bekerja.

Ilustrasi kelelahan bekerja.

Selain faktor ekonomi, perkembangan teknologi juga menambah kecemasan pekerja. Survei mencatat bahwa 68 persen responden percaya AI akan meningkatkan angka pengangguran. Bahkan, 46 persen pekerja meyakini pekerjaan mereka berpotensi hilang sepenuhnya akibat otomatisasi di masa depan. 

Kekhawatiran ini paling banyak dirasakan oleh Gen Z, di mana 60 persen di antaranya menganggap posisi mereka rawan digantikan mesin.bTemuan ini sejalan dengan penelitian Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang menyebutkan bahwa sekitar 23 persen upah pekerja terkait tugas berbasis visual berpotensi digantikan AI. 

Pekerjaan di sektor ritel dan layanan sosial dinilai paling rentan, sementara bidang pendidikan dan keuangan masih relatif aman.

Dampak Finansial Jika Kehilangan Pekerjaan

Lebih dari sekadar rasa cemas, ancaman PHK juga berpotensi menimbulkan krisis keuangan pribadi. Berdasarkan hasil survei, 40 persen pekerja mengaku tabungan mereka hanya cukup untuk bertahan satu bulan jika terkena PHK. 

Bahkan, 24 persen mengatakan hanya bisa bertahan dua minggu. Hal ini menunjukkan rapuhnya kondisi finansial banyak pekerja ketika menghadapi kehilangan sumber pendapatan utama.

Sebanyak 89 persen responden mengaku PHK akan berdampak buruk pada kondisi keuangan mereka. Konsekuensinya antara lain berkurangnya kontribusi terhadap tabungan (38 persen), peningkatan jumlah utang (34 persen), hingga kesulitan memenuhi kebutuhan pokok (33 persen).

Pekerja Rela Berkorban Demi Bertahan

Fakta lain yang terungkap dari survei adalah banyak pekerja rela membuat kompromi demi mempertahankan pekerjaan. Sebanyak 63 persen menyatakan bersedia menerima potongan gaji, sementara 37 persen siap menerima penurunan jabatan. 

Bahkan, lebih dari separuh pekerja bersedia mengambil tanggung jawab tambahan tanpa kompensasi lebih, dan 42 persen rela pindah kota untuk tetap bisa bekerja.

Kondisi ini memperlihatkan betapa kuatnya rasa cemas pekerja terhadap kehilangan pekerjaan, hingga mereka rela mengorbankan kesejahteraan demi keamanan kerja.

Halaman Selanjutnya
Sebaliknya, hanya 16 persen pekerja generasi baby boomer yang merasa khawatir. Data ini memperlihatkan adanya perbedaan sudut pandang antar-generasi terkait rasa aman dalam bekerja.
Halaman Selanjutnya