Anindya Bakrie Ungkap Harapan Ingin PAB Jadi Penghargaan Kelas Dunia Setara Nobel

Anindya Bakrie memberikan sambutan di malam puncak PAB ke-21 Tahun 2025
Anindya Bakrie memberikan sambutan di malam puncak PAB ke-21 Tahun 2025

 Malam Puncak Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) tahun ini kembali digelar dan berhasil menarik perhatian dengan deretan penerima penghargaan yang kiprahnya sudah terbukti memberikan dampak besar bagi Indonesia.

Penghargaan Achmad Bakrie ke-21 tahun 2025 diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Rabu, 27 Agustus 2025. Ajang tahunan ini, yang telah diadakan sejak tahun 2003, kembali menjadi momentum penting untuk memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh bangsa yang konsisten, berintegritas, dan memberikan kontribusi nyata dalam berbagai bidang.

Malam Puncak Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-21 tahun 2025

Malam Puncak Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-21 tahun 2025

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Anindya Bakrie, yang sekaligus mewakili keluarga besar Bakrie dalam tradisi panjang penghargaan ini. Sambutannya tidak hanya menyampaikan rasa syukur, tetapi juga mengandung pesan mendalam mengenai pentingnya ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan peran generasi muda bagi masa depan Indonesia.

Anindya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para tokoh penerima penghargaan tahun ini, yaitu Muhammad Chatib Basri (Pemikiran Sosial), Prof. Tjandra Yoga Aditama (Kesehatan), Virgiawan Listanto alias Iwan Fals (Seni dan Budaya), Adi Rahman Adiwoso (Sains dan Teknologi), serta Prof. Dr. Saparinah Sadli yang menerima penghargaan khusus.

Menurutnya, kelima tokoh tersebut memiliki kontribusi berharga yang memperkaya bangsa melalui ilmu pengetahuan, seni, dan perjuangan kemanusiaan.

“Kelima tokoh ini secara bersama-sama telah memberikan sumbangan sangat berharga dalam bidang ilmu dan pengabdian masing-masing. Mereka telah memperkaya kebudayaan Indonesia, memperluas perspektif kita tentang sejarah dan kehidupan manusia. Mereka juga mengingatkan akan pentingnya dunia seni serta kepekaan pada perasaan manusia, sambil pula tidak lupa membuka horizon pertawangan baru dalam berbagai kajian sains dan teknologi,” ungkapnya dalam sambutan pada Rabu malam, 27 Agustus 2025. 

Anindya Bakrie memberikan sambutan di malam puncak PAB ke-21 Tahun 2025

Anindya Bakrie memberikan sambutan di malam puncak PAB ke-21 Tahun 2025

Baginya, penghargaan ini bukan hanya simbol, melainkan bukti bahwa Indonesia mampu bergerak maju dengan pikiran terbuka dan menjadikan karya para tokoh sebagai inspirasi bagi generasi muda.

Anindya juga menyinggung sejarah panjang penghargaan ini. Ia mengingat pesan mendiang Achmad Bakrie, pendiri keluarga besar Bakrie, yang sejak awal menggagas PAB sebagai bentuk perayaan kemerdekaan Indonesia melalui ilmu pengetahuan, seni, dan pemikiran.

“Dalam menggagas konsep awal bersama teman-teman dari Freedom Institute, lebih 2 dekade silam, selalu berpesan bahwa pemberian PAB adalah upaya kita untuk ikut merayakan momen kemerdekaan Indonesia,” tuturnya.

Sejak pertama kali digelar pada 2003, penghargaan ini telah konsisten diberikan setiap tahun, kecuali saat pandemi. Hingga 2025, hampir 100 tokoh terbaik bangsa sudah masuk dalam daftar penerimanya.

Menariknya, Anindya menyampaikan visi besar agar penghargaan ini suatu saat bisa disejajarkan dengan Nobel.

“Harapan kami di masa mendatang, penghargaan Achmad Bakrie ini akan terus mengiringi perjalanan bangsa Indonesia, dan suatu saat kemudian nanti disebut sebagai penghargaan yang setara dengan hadiah Nobel yang setiap tahun diberikan di Swedia,” ujarnya optimistis.

Anindya tidak lupa menegaskan pentingnya keseimbangan dalam membentuk generasi muda Indonesia, penguasaan sains dan teknologi harus berjalan seiring dengan kepekaan pada seni, budaya, dan nilai kemanusiaan.

“Selain kemampuan dalam sains dan teknologi, generasi muda juga perlu dilengkapi dengan perasaan simpati serta kepekaan pada keindahan yang ada dalam kehidupan ini. Puisi, lagu, sastra, dan cinta, semua ini adalah elemen kehidupan yang memperkaya manusia sebagai manusia,” ucapnya.

Sebagai contoh, ia bahkan mengutip potongan lirik lagu legendaris Iwan Fals “Yang Terlupakan”, yang dinilainya sarat makna kemanusiaan dan refleksi kehidupan.

Dalam sambutannya, Anindya menyinggung konsep “Indonesia Incorporated”, yakni sinergi antara pemerintah, dunia usaha, koperasi, hingga masyarakat untuk mendorong pembangunan nasional.

Ia menegaskan bahwa hanya dengan kebersamaan, bangsa Indonesia bisa menghadapi tantangan global seperti perubahan geopolitik, perkembangan teknologi digital, hingga disrupsi kecerdasan buatan (AI).