Kisah Kejatuhan HP BlackBerry: Dibunuh oleh Layar Sentuh

BlackBerry pernah merajai bisnis ponsel dan komunikasi. Fitur utama yang ditawarkan ponsel BlackBerry kala itu adalah keyboard fisik yang khas, keamanan tinggi, dan layanan pesan instan BlackBerry Messenger (BBM).
Perangkat BlackBerry mendominasi pasar selama lebih dari satu dekade. Namun, kehadiran smartphone layar sentuh, terutama iPhone dan perangkat berbasis Android, mengubah industri secara drastis dan menyebabkan kejatuhan BlackBerry.
Pada awal 2000-an, BlackBerry menjadi pilihan utama bagi para profesional dan pebisnis. Keyboard fisik QWERTY-nya memberikan kenyamanan dalam mengetik, sementara sistem keamanannya membuatnya dipercaya oleh perusahaan dan pemerintah.
Alih-alih keyboard fisik, iPhone mengandalkan layar kapasitif yang memungkinkan navigasi lebih intuitif. Ini menjadi titik balik bagi industri, karena banyak produsen ponsel yang mulai mengikuti tren tersebut.
Namun BlackBerry meremehkan ancaman dari iPhone dan Android. Perusahaan tetap mempertahankan desain lama dengan keyboard fisik, sementara pesaing berfokus pada inovasi layar sentuh dan ekosistem aplikasi yang lebih luas.
Co-CEO BlackBerry saat itu, Jim Balsillie mengatakan, “(iPhone) adalah pendatang baru di ruang yang sudah sangat sibuk dengan banyak pilihan bagi konsumen... Namun jika dibilang akan berdampak pada BlackBerry, saya rasa hal tersebut terlalu berlebihan.”
“Cobalah mengetikkan alamat web pada layar sentuh di Apple iPhone, itu adalah tantangan yang nyata. Anda tidak dapat melihat apa yang Anda ketik.”
Lazaridis dalam sebuah wawancara juga menyatakan, "Tren ponsel yang paling menarik adalah keyboard QWERTY penuh. Ini benar adanya. Saya tidak mengada-ada. Banyak orang yang menulis e-mail kepada kami dan berkata, 'Saya sangat senang Anda melakukan hal ini (membuat keyboard fisik QWERTY) karena saya tidak bisa mengetik tombol Web pada layar sentuh untuk menyelamatkan hidup saya.'"
Berbagai merek, seperti Samsung, HTC, dan LG mulai menghadirkan perangkat layar sentuh dengan fitur yang semakin canggih. Keberagaman pilihan ini membuat BlackBerry semakin terdesak.
Ketika akhirnya BBM tersedia di iOS dan Android, sudah terlambat untuk bersaing dengan platform yang lebih populer dan mudah diakses oleh semua pengguna.
Namun, perangkat ini gagal menarik perhatian pasar yang sudah didominasi oleh Android dan iOS. Upaya lain seperti beralih ke sistem operasi Android dengan perangkat seperti BlackBerry Priv juga tidak mampu mengembalikan kejayaan mereka.
Kisah BlackBerry menjadi pengingat bahwa inovasi dan adaptasi adalah kunci dalam industri teknologi yang berkembang pesat. Keengganan untuk mengikuti tren layar sentuh dan ekosistem aplikasi yang lebih luas menjadi faktor utama kejatuhan mereka.
Sementara saat ini BlackBerry masih bertahan dalam dunia keamanan siber dan perangkat lunak, era kejayaan mereka sebagai produsen ponsel telah berakhir.