Gejala PCOS Bisa Samar, Ini Cara Diana Mengenalinya

PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) alias sindrom polikistik ovarium biasanya memiliki beberapa gejala, di antaranya siklus menstruasi tidak teratur, jerawat, dan berat badan bertambah.
Namun, pengidap PCOS bernama Diana menuturkan, gejala yang dirasakan sampai saat ini adalah siklus menstruasi yang tidak beraturan.
“Aku selain menstruasi yang enggak teratur, terus terang waktu itu aku merasa overweight. Tapi, ngelihatnya kayak, 'Diabetes enggak sih?',” tutur Diana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/7/2025).
Cerita Diana mengenali gejala PCOS
Hanya mengalami menstruasi
Diana didiagnosis mengidap PCOS sebelum tahun 2013 ketika dirinya menikah. Namun, diagnosis tidak langsung terjadi sesaat setelah ia pergi ke dokter.
Sebab, saat pertama kali ke dokter untuk mengonsultasikan siklus menstruasinya yang tidak teratur, dokter tidak memberi diagnosis apa pun dan hanya memberikan pil KB untuk membantu menangani menstruasinya.
Adapun rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari. Namun, siklus menstruasi perempuan berusia 40 tahun ini bisa mencapai 40 sampai 50 hari.
Saat menikah, ia berhenti minum pil KB karena berencana untuk memiliki anak, meskipun tidak begitu tergesa-gesa.
“Tapi, masuk sekitar dua sampai tiga tahun setelah menikah, baru tuh kayak, ‘Kok aku enggak hamil-hamil’. Mulai cek ke dokter, baru didiagnosis PCOS,” tutur Diana.
Berat badan berlebih
Gejala PCOS kerap tersamar. Pengidap PCOS bernama Diana menuturkan, gejala yang dirasakan sampai saat ini adalah siklus menstruasi yang tak teratur.
Kala itu, Diana merasa berat badannya berlebihan. Namun, sampai saat ini ia tidak yakin apakah kenaikan berat badan pada saat itu merupakan gejala PCOS, atau ia mengalaminya karena sudah mengidap PCOS.
“Waktu itu aku merasa susah turun berat badan, tapi ini apakah memang karena PCOS atau karena memang ya susah saja gitu,” tutur dia.
Bagaimana dengan jerawat?
Pada saat yang bersamaan, Diana juga berjerawat. Namun, ia kembali meragukan bahwa jerawat disebabkan oleh PCOS.
“Tapi ini kan sesuatu yang aku enggak bisa, ‘Oh, ini gara-gara PCOS’. Aku enggak tahu apa memang PCOS atau hormon atau enggak cocok obat atau skincare,” ucapnya.
Diana merasa, berat badan berlebih dan jerawat berhubungan dengan gejala PCOS yang telah dirasakan yaitu siklus menstruasi yang tidak teratur.
“Aku merasa semua ini berhubungan, cuma aku sendiri enggak tahu mana yang sebab dan mana yang akibat terus terang,” tuturnya.
Menerapkan pola hidup sehat dan hamil
Gejala PCOS kerap tersamar. Pengidap PCOS bernama Diana menuturkan, gejala yang dirasakan sampai saat ini adalah siklus menstruasi yang tak teratur.
Sekitar tahun 2015, pengobatan untuk PCOS dilakukan Diana, tapi harus berhenti tahun 2017 karena ia harus pindah ke Amerika Serikat bersama suaminya.
Di negara itu, ia tidak pernah ke dokter untuk mengobati PCOS-nya. Ia justru menjalani pola hidup sehat setelah mencari tahu lebih lanjut tentang kondisinya.
“Aku tahunya aku harus diet dan olahraga. Aku di sana lumayan sering olahraga, tapi lebih ke jalan kaki saja. Dan aku minum suplemen, multivitamin,” tutur Diana.
Menurut Diana, pola hidup sehat membantu menangani siklus menstruasinya yang tidak teratur, meskipun masih belum bisa dikatakan sebagai siklus menstruasi yang normal.
“Jadi lebih teratur. Kadang 30 hari baru menstruasi, 40 hari baru menstruasi, seperti itu. Apakah buat orang normal itu teratur? Enggak. Cuma, buat aku itu sudah cukup teratur, sudah lumayan,” terang dia.
Berkat pola hidup sehat tersebut, berat badannya juga menurun. Jerawat di wajahnya pun kian berkurang.
“Aku punya lebih banyak waktu untuk olahraga dan fokus diet, akhirnya turun juga berat badannya. Jadi kayak, sejujurnya sih aku enggak tahu yang mana gejala (PCOS), yang memang akibat itu (PCOS), karena ketika aku pindah ke Amerika, berat badan turun jadinya,” jelasnya.
Diana berhasil hamil
Gejala PCOS kerap tersamar. Pengidap PCOS bernama Diana menuturkan, gejala yang dirasakan sampai saat ini adalah siklus menstruasi yang tak teratur.
Pada tahun 2021, Diana hamil anak pertama. Kehamilan ini mengejutkannya karena ia tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
“Di Amerika, aku baru ke dokter pas lagi hamil minggu keenam kalau enggak salah. Aku bilang aku didiagnosis PCOS. Cuma karena sudah hamil, dokternya kayak, ‘Oke, kamu ada PCOS tapi sudah hamil. Congratulations (Selamat)’,” tutur dia.
Kendati demikian, ia mengalami keguguran karena faktor lain. Ia pun berkonsultasi ke dokter terkait kapan bisa hamil kembali, mengingat usianya sudah 36 tahun kala itu.
Dokter mengatakan, ia perlu waktu enam bulan untuk menyehatkan kembali tubuhnya.
Setelah momen itu, Diana dan suaminya disiplin dalam melakukan program hamil. Pada tahun 2022, ia berhasil hamil dan melahirkan.
Sampai saat ini, Diana mengaku tidak pernah mengonsumsi obat-obatan untuk mengobati PCOS-nya. Selain masih menjaga pola hidup sehat, ia hanya mengonsumsi multivitamin.
Sementara itu, menstruasinya masih tidak teratur, tapi tidak separah sebelum menjalani pola hidup sehat.