Negara-Negara Teluk yang Jalin Hubungan dengan Israel: Mana yang Sudah Resmi, Mana yang Masih Ragu?

Negara Teluk yang Buka Hubungan dengan Israel, 1. Uni Emirat Arab (UEA): Pelopor Normalisasi Hubungan, 2. Bahrain: Menyusul UEA Lewat Jalur yang Sama, 3. Arab Saudi: Belum Resmi, Tapi Semakin Terbuka, 4. Qatar: Masih Menjaga Jarak, Fokus Jadi Mediator, 5. Kuwait & Oman: Tetap Dukung Palestina, Tapi Ada Nuansa Berbeda
Negara Teluk yang Buka Hubungan dengan Israel

Hubungan antara negara-negara Teluk dan Israel telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Jika dulu dianggap tabu, kini beberapa negara mulai membuka diri dan menjalin kerja sama dengan Israel, terutama dalam sektor diplomatik, ekonomi, hingga keamanan.

Namun, tak semua negara Teluk bergerak secepat itu. Ada yang sudah resmi menormalisasi hubungan, ada pula yang masih menjalin kontak terbatas tanpa kesepakatan formal. Artikel ini akan membahas siapa saja negara Teluk yang telah bekerja sama dengan Israel, dan bagaimana bentuk kerja samanya.

1. Uni Emirat Arab (UEA): Pelopor Normalisasi Hubungan

UEA menjadi negara Teluk pertama yang secara resmi menormalisasi hubungan dengan Israel. Langkah bersejarah ini diumumkan pada Agustus 2020 melalui kesepakatan Abraham Accords yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

Tak hanya bersifat simbolis, kerja sama antara UEA dan Israel mencakup berbagai sektor, mulai dari:

  • Diplomatik (dengan pembukaan kedutaan besar di masing-masing negara),

  • Perdagangan dan investasi,

  • Teknologi tinggi dan start-up,

  • Hingga keamanan siber.

Sejak saat itu, hubungan kedua negara semakin erat. Wisatawan Israel berbondong-bondong mengunjungi Dubai, sementara perusahaan dari kedua negara mulai menandatangani sejumlah kontrak kerja sama.

2. Bahrain: Menyusul UEA Lewat Jalur yang Sama

Hanya sebulan setelah UEA, Bahrain juga mengumumkan normalisasi hubungan dengan Israel pada September 2020. Sama seperti UEA, Bahrain ikut serta dalam Abraham Accords dan mulai menjalin kerja sama di berbagai bidang.

Meskipun negara ini lebih kecil secara ekonomi, Bahrain menunjukkan komitmen nyata dengan membuka kedutaan di Tel Aviv dan menerima duta besar Israel di Manama.

Kerja sama Bahrain dan Israel mencakup bidang:

  • Ekonomi dan perdagangan,

  • Sektor diplomatik,

  • Serta kolaborasi keamanan di kawasan Teluk.

3. Arab Saudi: Belum Resmi, Tapi Semakin Terbuka

Berbeda dengan UEA dan Bahrain, Arab Saudi belum secara resmi menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun, tanda-tanda keterbukaan sudah mulai terlihat. Salah satu contohnya, Arab Saudi kini mengizinkan penerbangan Israel melewati wilayah udaranya, yang sebelumnya dilarang keras.

Selain itu, sejumlah pejabat tinggi Saudi juga memberikan sinyal bahwa normalisasi mungkin saja terjadi di masa depan. Hubungan diam-diam antara kedua negara kabarnya juga terjalin lewat jalur diplomasi tidak langsung, terutama melalui Amerika Serikat.

Meskipun belum ada kesepakatan formal, banyak pihak meyakini bahwa Arab Saudi bisa menjadi kunci penting dalam membuka jalan normalisasi lebih luas di kawasan Arab.

4. Qatar: Masih Menjaga Jarak, Fokus Jadi Mediator

Sementara itu, Qatar memilih untuk tidak menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Negara kecil namun kaya ini memang dikenal lebih berhati-hati, terutama karena posisinya sebagai mediator dalam konflik Israel–Palestina dan Israel–Hamas.

Meski demikian, Qatar pernah memiliki kantor perdagangan Israel di Doha, yang beroperasi hingga tahun 2009 sebelum ditutup. Kini, Qatar lebih berfokus pada perannya sebagai fasilitator dialog dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Dengan kata lain, hubungan Qatar dengan Israel masih berada di tahap pragmatis, belum mencapai tingkat formal seperti UEA atau Bahrain.

5. Kuwait & Oman: Tetap Dukung Palestina, Tapi Ada Nuansa Berbeda

Kuwait: Tegas Menolak Normalisasi

Kuwait sejauh ini menjadi negara Teluk yang paling keras menolak normalisasi dengan Israel. Pemerintah dan parlemen Kuwait tetap konsisten mendukung perjuangan Palestina dan mengecam langkah negara-negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel.

Kebijakan ini juga tercermin dalam aturan hukum mereka, yang melarang warganya melakukan interaksi atau transaksi dengan entitas Israel.

Oman: Terbuka Tapi Belum Resmi

Di sisi lain, Oman menunjukkan sikap yang lebih moderat. Pada 2018, Perdana Menteri Israel saat itu, Benjamin Netanyahu, sempat mengunjungi Oman dan bertemu dengan Sultan Qaboos. Meski belum menormalisasi hubungan secara resmi, langkah ini menjadi sinyal bahwa Oman cukup terbuka terhadap Israel.

Namun, hingga kini belum ada kesepakatan formal atau pembukaan hubungan diplomatik.


Kesimpulan: Siapa Saja yang Sudah Resmi?

Dari semua negara Teluk, baru Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang telah menormalisasi hubungan resmidengan Israel. Keduanya menjadi pelopor dalam perubahan besar di kawasan Arab terkait hubungan dengan negara Yahudi tersebut.

Sementara itu:

  • Arab Saudi menunjukkan tanda keterbukaan,

  • Qatar memilih jalur diplomasi tidak resmi,

  • Oman terbuka tapi belum resmi,

  • dan Kuwait tetap menolak normalisasi secara tegas.

Ke depan, hubungan Israel dengan negara-negara Teluk diprediksi akan terus berkembang, tergantung pada dinamika politik kawasan dan perkembangan konflik Palestina–Israel.


Rangkuman dalam Tabel:

Negara Status Hubungan dengan Israel Bentuk Kerja Sama Utama
UEA Resmi (Agustus 2020) Diplomatik, perdagangan, teknologi
Bahrain Resmi (September 2020) Ekonomi, keamanan, diplomatik
Arab Saudi Belum resmi, tapi terbuka Jalur udara, diplomasi tidak langsung
Qatar Tidak resmi Pernah ada kantor dagang, mediasi Hamas
Oman Terbuka tapi belum resmi Pertemuan pejabat, belum ada formalisasi
Kuwait Menolak tegas Mendukung Palestina, larangan kontak