Heboh Ahli Sebut Banyak Dokter Salah Diagnosa Penyakit: Sejak COVID-19 Banyak Sekali Kanker Palsu

Prevalensi kanker di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2022, terdapat 408.661 kasus baru kanker dengan angka kematian mencapai 242.099 orang.
Ketua Umum Indonesia Diaspora Network-China sekaligus Penasihat Utama Perhimpunan Rehabilitasi Kanker Guangdong Light of Life, Prof. Dr. Yenni Thamrin, MHA., mengungkapkan, diagnosa sangat penting sebagai langkah awal untuk menentukan penyakit pasien.
Sayangnya menurut Prof Yenni, masih banyak dokter yang salah diagnosa, bahkan penyakit yang bukan kanker sering disalahartikan sebagai kanker dan hal itu terjadi sejak COVID-19.
“Jadi kadang-kadang salah, apalagi sejak COVID-19, itu banyak sekali kanker palsu. Orang divonis kanker payudara, kanker paru-paru, kanker usus, tapi sesudah dilihat oleh suami saya (Prof. Xu Kecheng, MD.,) tau-taunya bukan. Jadi diagnosa ini sangat penting,” ujarnya saat talkshow “Cancer Care: Minimally Invasive, Precise and Integrated”, di Grand Studio Metro TV, Jakarta Barat, Senin 18 Agustus 2025.

Talkshow Cancer Care: Minimally Invasive, Precise and Integrated.
Lebih lanjut menurut Prof Yenni, yang terpenting dalam pengobatan kanker, bukanlah seberapa hebat atau bagusnya rumah sakit, tapi tim dokternya.
“Harus punya tim dokter yang solid. Jangan cuma dipegang satu dokter, terus gak mau diserahkan ke dokter lain. Jadi, tim dokter ini dari berbagai latar belakang, mereka akan mengeluarkan diagnosa pasien,” tuturnya.
Setelah diagnosa dirasa sudah tepat, barulah dilakulan metode pengobatan. Bagi Prof Yenni, metode sangat penting karena akan menentukan dari awal bagaimana kesembuhan pasien.
“Sesudah metode yang dipakai, harus punya alat-alat yang canggih. Jadi kalo satu rumah sakit dia tidak ada alat ini, tidak ada alat itu, dia harus rujuk ke rumah sakit lain, rumah sakit itu tidak bisa kita andal,” pungkasnya.
“Dan juga suasana rumah sakit sangat penting, tidak bisa hiruk pikuk kaya pasar, tapi pasien bisa tenang. Satu lagi, biaya harus murah dan juga servis dokter, servis suster-susternya, karena pasien kanker itu mereka bimbang, jadi mereka harus mendapatkan pelayanan yang super baik. Terakhir, pasien bersuka cita dan yang diharapkan umurnya bisa lebih panjang,” tambahnya.
6 Poin Penting dalam Pengobatan Kanker
Suami dari Prof Yenni, yaitu Prof. Xu Kecheng, MD., yang menjabat sebagai Kepala Peneliti Ahli Spesialisasi Unggulan Pengobatan Klinis Nasional di Tiongkok, sekaligus Presiden Kehormatan International Society of Cryosurgery serta pendiri Asean Society of Cryosurgery, menceritakan, dia sendiri sudah berpengalaman selama 20 tahun dalam menangani pasien kanker di Tiongkok.
“Saya sendiri berasal dari Tiongkok dan sudah 20 tahun. Di Tiongkok ini banyak sekali menerima pasien-pasien kanker dari Indonesia dan saya berharap dengan ini saya bisa mengobati lebih banyak lagi pasien kanker,” ucapnya.
Prof Xu Kecheng menjabarkan, jika ingin mengobati kanker, ada 6 poin yang paling penting yang harus dilakukan. Apa saja?
“Pertama, konsep dan ide. Para pasien tidak boleh terlalu merasa kesepian dan kesakitan ketika dalam proses pengobatan. Kedua harus punya tim, jadi bukan diselesaikan secara individu. Dan ketiga, rumah sakit ini harus memiliki teknologi yang baik, ini adalah salah satu proses penting dalam pengobatan,” jelasnya.
“Keempat, rumah sakit harus memiliki equipment yang tepat. Kelima memiliki lingkungan yang baik. Dan yang keenam, kita harus melayani dengan baik seolah-olah pasien berada di hotel. Jadi kalo di hotel kan harganya terlalu mahal ya, jadi kita harus menciptakan lingkungan di mana pasien merasa seperti di hotel tapi harganya terjangkau,” imbuhnya.
Kemudian, yang tak kalah penting menurut Prof Xu Kecheng, pasien kanker harus dilayani dengan sebaik mungkin.
“Karena pasien ini sekali dia menjadi pasien kita, maka dia akan menjadi teman kita. Oleh karena itu, seumur hidup kita harus tetap memerhatikan dan menjaga para pasien, pungkasnya.