Profesi Jadul Naik Daun Lagi, Generasi Muda Mulai Tinggalkan Pekerjaan 'Gedongan'

Pekerja blue collar
Pekerja blue collar

 Perubahan dunia kerja di era digital semakin terasa pesat, terutama dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI) yang perlahan mengambil alih banyak peran di sektor kantoran. Profesi yang dulu dianggap bergengsi, seperti pekerjaan administrasi, analis data tingkat dasar, hingga customer service, kini mulai tergantikan oleh sistem otomatisasi. 

Fenomena ini membuat generasi muda, khususnya Gen Z, mulai melirik profesi jadul yang dahulu kurang populer, namun justru kini dipandang lebih stabil dan menjanjikan.

Di sisi lain, meningkatnya ketidakpastian ekonomi, biaya pendidikan tinggi, hingga keresahan akan tingginya angka PHK di industri perkantoran, membuat profesi tradisional kembali mendapat sorotan. 

Profesi jadul seperti tukang listrik, tukang kayu, petani modern, pengrajin, dan berbagai pekerjaan keterampilan tangan tidak hanya menawarkan kestabilan, tetapi juga dianggap memiliki nilai otentik dan bermanfaat bagi masyarakat. Lalu, apa sebenarnya alasan profesi jadul kembali diminati generasi muda di era digital ini?

1. Ketidakpastian Pekerja Kantoran Akibat AI dan PHK Massal

Munculnya AI membawa perubahan besar di sektor perkantoran. Banyak pekerjaan administratif dan analis sederhana terancam hilang dalam beberapa tahun ke depan. 

Generasi muda melihat profesi jadul lebih aman, karena banyak pekerjaan keterampilan manual sulit digantikan oleh mesin atau algoritma.

2. Prospek Karier Jangka Panjang Lebih Stabil

Profesi jadul yang berbasis keterampilan seperti teknisi listrik, tukang pipa, hingga mekanik memiliki permintaan konsisten. Di banyak negara, bahkan terjadi kekurangan tenaga kerja di bidang tersebut. 

Ini membuat profesi tradisional dipandang sebagai karier dengan prospek jangka panjang yang lebih pasti.

3. Biaya Pendidikan Tinggi Mendorong Alternatif Karier

Banyak generasi muda mulai kehilangan minat terhadap pendidikan formal yang mahal namun tidak menjamin pekerjaan. Profesi jadul menawarkan jalur karier yang bisa dimulai dengan pelatihan singkat, magang, atau kursus vokasi yang biayanya lebih terjangkau.

4. Profesi Jadul Memberikan Kepuasan Kerja Nyata

Pekerjaan seperti membangun rumah, memperbaiki mesin, atau membuat produk kerajinan memberi hasil yang nyata dan langsung terlihat. Bagi banyak generasi muda, hal ini terasa lebih memuaskan dibanding bekerja di depan layar komputer setiap hari.

5. Nilai Otentik dan Koneksi dengan Budaya

Kerajinan tradisional, seperti tenun, batik, anyaman, dan ukiran, kini kembali populer. Generasi muda melihat profesi jadul ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya sekaligus gaya hidup yang otentik.

6. Tren Sustainability dan Anti Fast Fashion

Isu keberlanjutan mendorong masyarakat untuk lebih menghargai produk buatan tangan yang tahan lama. Profesi jadul yang menghasilkan produk handmade dianggap selaras dengan gaya hidup ramah lingkungan dan slow living yang sedang tren.

7. Dukungan Media Sosial yang Membuat Profesi Jadul Populer

Platform seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube membuat profesi tradisional tampak keren dan menginspirasi. Banyak konten kreator dari kalangan pekerja tradisional memperlihatkan sisi menarik dari profesi mereka, sehingga mengubah persepsi generasi muda.

8. Pekerjaan yang Sulit Digantikan Mesin

Tidak semua pekerjaan bisa diotomatisasi. Profesi jadul seperti tukang las, teknisi bangunan, perajin kayu, hingga seniman tradisional tetap membutuhkan sentuhan manusia. Faktor ini membuat profesi tersebut lebih tahan banting dibanding pekerjaan kantoran biasa.

9. Manfaat Terapeutik dan Mental Health

Banyak generasi muda menemukan ketenangan dalam aktivitas manual. Merajut, membuat keramik, hingga mengukir kayu dianggap membantu menjaga kesehatan mental karena memberikan rasa fokus, mindfulness, dan kepuasan personal.

10. Pasar Digital yang Mendukung Profesi Tradisional

Dengan adanya platform e-commerce dan marketplace global, hasil karya profesi jadul kini lebih mudah dipasarkan. Pengrajin bisa menjual produknya ke pasar internasional tanpa harus bergantung pada toko fisik, sehingga peluang ekonominya semakin besar.

Kembalinya minat generasi muda terhadap profesi jadul menunjukkan adanya pergeseran paradigma dalam memandang karier. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, profesi tradisional justru menawarkan keamanan, keberlanjutan, serta nilai budaya yang kuat. 

Jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa pada 2030 profesi jadul akan menjadi primadona baru di dunia kerja, sekaligus menjadi jawaban atas tantangan disrupsi teknologi.