Sering Terlewat, Oli Power Steering Juga Perlu Diganti Rutin

Mobil yang masih menggunakan sistem power steering hidraulis membutuhkan oli khusus untuk menunjang kinerjanya.
Cairan ini berbeda dari oli mesin atau cairan transmisi, karena perannya sangat vital untuk membuat putaran setir terasa ringan.
Seiring waktu, kualitas oli power steering akan berkurang. Viskositasnya menurun dan kandungannya tidak lagi optimal.
Contoh power steering hidrolik
Sayangnya, banyak pemilik mobil yang masih abai mengganti cairan ini.
“Biasanya baru diganti kalau sudah ada masalah, misalnya sampai bocor,” ujar Raka B. Ferdynanza dari Piranti Stirindo Utama, Power Steering Specialist kepada Kompas.com belum lama ini.
Padahal, menurutnya, oli power steering sebaiknya diganti dan dikuras secara berkala agar kinerjanya tetap terjaga.
“Idealnya setiap 40.000 kilometer atau sekitar dua tahun pemakaian normal. Setelah itu kualitasnya pasti menurun,” tambahnya.
Jika dibiarkan, dampaknya bisa terasa langsung pada sistem kemudi. Setir menjadi berat saat diputar, bahkan berisiko menimbulkan kebocoran pada sil power steering.
Ilustrasi power steering.
"Proses pengurasan oli juga jadi perhatian supaya semua oli lama keluar dan digantikan dengan cairan baru. Kalau masih ada sisa, hasilnya kurang maksimal,” katanya.
Selain mengganti oli, pemilik mobil juga perlu memeriksa apakah ada kebocoran di sistem power steering. Jika ditemukan, maka sebaiknya segera diperbaiki agar tidak menimbulkan kerusakan lebih serius.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!