Rifat Sungkar Bongkar Kesalahan Cewek Saat Nyetir, Kamu Sering Gini?

Brand Ambassador MMKSI, Rifat Sungkar
Brand Ambassador MMKSI, Rifat Sungkar

“Jujur saja, kita tidak bisa membedakan laki-laki dengan perempuan. Hak mereka sama. Hanya saja, secara alami, perempuan itu lebih tidak sensitif mengenai kecepatan,” ujar Rifat kepada wartawan, Senin 25 Agustus 2025. 

Ia menjelaskan, banyak perempuan kesulitan menilai perbedaan antara kecepatan tinggi dan rendah. Kadang mobil di depan berjalan pelan tapi dianggap kencang, atau sebaliknya. Menurutnya, hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam alur lalu lintas.

“Kalau awareness terhadap kecepatan lebih diperhatikan, perjalanan akan jauh lebih selaras,” katanya.

Fokus Penuh di Jalan

Rifat menekankan pentingnya fokus saat mengemudi. Ia menyebut banyak perempuan terbiasa multitasking ketika berada di balik kemudi.

"Sambil nyetir bisa dandan, makan, pasang sepatu, atau bahkan terima telepon. Itu semua dilakukan secara superwoman,” tutur dia.

Namun, ia mengingatkan bahwa perilaku tersebut berisiko tinggi.

“Ketika berkendara, tolong itu semua diringkas menjadi satu konsep: berkendara adalah full-time job. Jangan part-time job,” tegas Rifat.

Menurutnya, hubungan antara teknik mengemudi dan keselamatan sangat erat. Jika pengemudi bisa mengutamakan konsentrasi, risiko kecelakaan dapat ditekan.

Kesadaran Tata Tertib

Selain fokus, perempuan juga diimbau untuk lebih memahami tata tertib lalu lintas. Rifat memberi contoh kondisi jalan besar yang sering tidak dimanfaatkan dengan benar. “Yang satu jalan pelan di kanan, kencang di tengah, pelan lagi di kiri. Itu semua akan mengganggu,” ujarnya.

Ia menyarankan agar pengemudi mengikuti aturan kecepatan sesuai jalurnya. Dengan begitu, arus lalu lintas lebih teratur dan perjalanan terasa lebih nyaman.

Keselamatan Anak di Dalam Mobil

Rifat juga menyinggung peran perempuan sebagai ibu yang kerap membawa anak saat berkendara. Menurutnya, anak-anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya selalu duduk di kursi belakang dan menggunakan sabuk pengaman.

“Airbag itu bisa meledak lebih dari 200 km per jam. Kalau anak-anak duduk di depan, bukannya terlindungi justru bisa berbahaya. Posisi paling aman tetap di belakang dengan seatbelt terpasang,” jelasnya.

Ia menambahkan, banyak orang keliru menganggap sabuk pengaman hanya penting bagi penumpang depan. Padahal, kursi belakang tanpa pengaman sama sekali tidak aman.

"Kalau terjadi sesuatu, bangku depan bisa jadi tembok. Jadi jangan abaikan seatbelt untuk semua penumpang,” kata Rifat.

Rifat percaya, perempuan justru dapat menjadi agen perubahan di jalan raya. Dengan kesadaran dan perilaku berkendara yang lebih baik, ketertiban lalu lintas bisa tercapai.

“Perempuan-perempuan bisa menjadi agent of change, di mana keselarasan dan ketertiban itu sangat bisa didapatkan dengan adanya perilaku berkendara yang lebih baik,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Namun, ia mengingatkan bahwa perilaku tersebut berisiko tinggi.
Halaman Selanjutnya