Jangan Remehkan Microsleep, Ini Pemicu Awalnya

Microsleep atau kondisi tertidur dalam waktu sangat singkat tanpa disadari, menjadi salah satu penyebab utama kecelakaan di jalan raya.
Fenomena ini umumnya dipicu oleh kelelahan fisik dan mental, serta situasi perjalanan yang monoton sehingga menurunkan konsentrasi pengemudi.
Kasus di Tol Jakarta–Cikampek pekan lalu bukan yang pertama. Sebelumnya, kecelakaan di Tol Cipali dan Tol Batang–Semarang juga diduga dipicu microsleep, dengan pola serupa yakni pengemudi kehilangan kendali tanpa sempat bereaksi.
Kelelahan dan mengantuk menjadi salah satu penyebab microsleep. Microsleep berbahaya saat berkendara seperti mudik Lebaran. Simak tips mencegahnya!
Training Director Real Driving Centre (RDC) Marcell Kurniawan mengatakan, microsleep terjadi ketika otak dipaksa terus bekerja saat tubuh sebenarnya sudah membutuhkan istirahat.
Perjalanan di jalan tol yang cenderung lurus dan memiliki pemandangan minim variasi turut memperbesar risikonya.
"Rasa bosan dan minimnya stimulasi visual dapat membuat otak kehilangan kewaspadaan, sehingga pengemudi rentan terlelap tanpa sadar," ujar Marcell kepada Kompas.com belum lama ini.
Ia menekankan pentingnya memastikan tubuh cukup istirahat sebelum bepergian. Berhenti sejenak setiap dua jam sekali untuk melakukan peregangan menjadi langkah pencegahan efektif. Selain itu, menjaga kenyamanan kabin juga berperan penting.
"Suhu kabin yang terlalu dingin dapat membuat tubuh terasa lebih lesu, sehingga risiko microsleep semakin tinggi," katanya.
Microsleep bisa terjadi kapanpun jika pengemudi kurang beristirahat, baik itu di siang hari maupun di malam hari
Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menambahkan bahwa microsleep tidak terjadi secara mendadak, melainkan melalui beberapa tahapan yang bisa dikenali.
Dalam tiga hingga empat jam pertama mengemudi, pengemudi biasanya mulai merasa letih. Jika tetap dipaksakan, rasa kantuk berat akan muncul dan di fase inilah risiko microsleep meningkat.
"Gestur kepala mengangguk, sering menguap, dan mata terasa berat untuk membuka adalah tanda-tanda awalnya. Duduk diam dalam waktu lama juga memperparah kondisi ini," ujar Sony.
Perbedaan utama antara mengantuk dan microsleep, kata Sony, ada pada bagian tubuh yang “tertidur”.
"Jika mengantuk, yang tidur adalah matanya. Tapi microsleep yang tidur adalah otaknya. Ini jauh lebih berbahaya," ucapnya.
Ilustrasi microsleep, microsleep saat berkendara
Ia mengingatkan, sebagian pengemudi justru menambah kecepatan untuk mengusir kantuk, namun hal itu bisa berakibat fatal.
"Begitu adrenalin naik, kecepatan tembus 140 km per jam, lalu terkena microsleep, akibatnya bisa sangat mematikan. Maka, istirahat adalah pilihan terbaik saat tanda-tandanya mulai terasa," ujar Sony.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!