Ngenes! Uya Kuya Perlihatkan Rumahnya yang Hancur Usai Dijarah Massa: Semoga....

Uya Kuya di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 1 Oktober 2024
Uya Kuya di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 1 Oktober 2024

 Uya Kuya, akhirnya angkat bicara usai rumah pribadinya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, dijarah massa pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025. Peristiwa tersebut menjadi bagian dari rangkaian aksi amuk publik yang dalam beberapa hari terakhir menyasar kediaman sejumlah pejabat dan figur publik.

Melalui Instagram Story pada Senin, 1 September 2025, Uya Kuya membagikan ulang sebuah video yang memperlihatkan kondisi rumahnya pasca-penjarahan. Dalam rekaman itu tampak jelas isi rumah berantakan. Perabot rusak, barang-barang berserakan, bahkan beberapa orang masih terlihat berada di dalam rumah, diduga sedang merekam situasi atau mencari sisa benda berharga. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Meski menyaksikan harta bendanya rusak dan dijarah, Uya Kuya memilih menunjukkan sikap yang menyejukkan. Ia tidak menuliskan banyak kata, hanya satu kalimat yang mencerminkan ketenangan sekaligus kelapangan hati.

“Semoga apa yang kalian ambil bermanfaat buat kalian,” tulis ayah dua anak itu singkat namun sarat makna, dikutip VIVA.

Polisi sendiri memastikan sudah menahan beberapa orang yang diduga kuat terlibat dalam aksi penjarahan rumah Uya Kuya. Aparat tengah menelusuri jaringan lebih luas karena kasus serupa terjadi di sejumlah titik lain.

Uya Kuya diketahui bukan satu-satunya pejabat atau publik figur yang menjadi sasaran kemarahan massa. Nama-nama lain seperti Ahmad Sahroni, Eko Patrio, hingga Nafa Urbach juga mengalami hal serupa. Bahkan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani turut dilaporkan menjadi target aksi penjarahan.

Gelombang amarah masyarakat ini disebut muncul akibat meningkatnya ketidakpuasan terhadap kinerja sejumlah pejabat, terutama di tengah situasi politik dan ekonomi yang memanas. Uya Kuya, misalnya, dalam beberapa bulan terakhir kerap disorot publik karena pernyataan dan langkahnya di parlemen yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Dampak dari rentetan kejadian tersebut, DPR RI memutuskan menonaktifkan sementara beberapa anggotanya yang terdampak amukan massa, termasuk Uya Kuya, Eko Patrio, Ahmad Sahroni, dan Nafa Urbach. Keputusan ini diambil untuk meredakan gejolak publik sekaligus memberi ruang bagi penanganan hukum dan politik yang tengah berjalan.