Stefano Cugurra Bicara Pelajaran Penting dari Pelatih Brasil Juara Piala Dunia 1994

Timnas Brasil baru mengumumkan penunjukkan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Tim Samba pada Senin (12/5/2025) malam WIB. Bagi Stefano Cugurra, seorang mantan pelatih timnas Brasi juga berperan penting dalam filosofi kepelatihannya.
Juara tiga kali Liga 1 Stefano Cugurra Teco mengungkapkan bahwa filosofi kepelatihannya terbentuk oleh dua sosok penting dalam hidupnya: sang ayah Gildo Rodrigues dan pelatih legendaris Brasil, Carlos Alberto Parreira.
Pelatih yang akan meninggalkan Bali United pada akhir musim tersebut menyampaikan bahwa perjalanannya dalam dunia sepak bola dimulai sejak usia sangat muda, dengan figur sang ayah Gildo Rodrigues sebagai inspirasi utama.
"Ya pasti Papa saya. Saya ikut Papa saya waktu umur 5 tahun, dia kerja di Liga Kuwait dan di Timnas Kuwait. Sejak umur 6, 7, sampai 15 tahun saya terus ikut ke lapangan," kata Cugurra dalam wawancara eksklusif bersama Kompas.com pada akhir pekan lalu.
"Saya ada di hampir setiap sesi latihan. Saat saya masih pemain muda, dia juga ikut mendampingi. Jadi, Papa saya benar-benar jadi contoh utama bagi saya," lanjutnya.
Belajar dari Parreira, Pelatih yang Membawa Brasil Juara Dunia 1994
Selain sang ayah, Cugurra juga mengaku banyak belajar dari Carlos Alberto Parreira, pelatih yang membawa Brasil meraih gelar juara dunia pada tahun 1994 setelah mengalahkan Italia lewat adu penalti di final turnamen yang bergulir di Amerika Serikat tersebut.
"Pasti pelatih lain dari Brasil seperti Carlos Alberto Parreira, pelatih Timnas Brasil yang bawa juara ke Brasil di tahun 1994. Waktu itu Brasil sudah 24 tahun tidak juara, dan dia yang bawa," ujar Cugurra melanjutkan.
"Dia yang memberikan kursus waktu itu, dan saya belajar banyak. Dari sistem latihan, cara mengatur sesi latihan, sampai pendekatan terhadap pemain. Saya masih muda waktu itu, tapi saya dapat banyak pengalaman dari dia," ungkapnya.
Kedekatan antara keduanya semakin kuat ketika Parreira berada di Kuwait—negara tempat sang ayah juga bekerja. Cugurra memanfaatkan momen itu untuk lebih banyak menyerap ilmu dari pelatih senior tersebut.
Filosofi: Bentuk Pemain, Jangan 'Matikan' Pemain
Salah satu nilai yang paling melekat dari Parreira dan dipegang teguh oleh Cugurra adalah tentang bagaimana memperlakukan pemain—terutama dalam menghadapi kritik dan kesalahan di lapangan.
"Parreira itu orang baik, sangat sopan. Dia tidak pernah mengkritik pemain di depan umum. Banyak pelatih yang menyalahkan pemain kalau gagal cetak gol atau bikin kesalahan, tapi dia tidak begitu," kata Cugurra.
"Waktu saya bicara sama dia, dia bilang lebih baik pelatih yang ambil tanggung jawab. Kalau mau koreksi pemain, lakukan secara pribadi, bukan di depan supporter atau wartawan," imbuhnya.
"Saya lebih akrab dengan pemain, saya ingin membentuk pemain, bukan mematikan pemain. Lebih baik orang kritik saya daripada saya mengorbankan pemain," tegasnya.